Betapa senangnya aku, karena ku tau bahwa...
Tak terlihat lagi angka- angka yang muncul di layar.
Tak terlihat lagi garis yang membentuk kurva.
Tak terlihat lagi alat- alat medis yang menempel dibadanmu.
Dan Tak terdengar lagi suara bunyi mesin itu..
Betapa gembiranya aku, karena ku tau bahwa...
Kau akan pulang..
Untuk menemui kerabatmu yang jarang kau temui.
Untuk menemui orang- orang yang menunggu kepulanganmu.
Untuk menemui kekasih sejatimu yang kau nantikan sedari dulu.
Sebegitu inginnya dirimu bertemu dengan kekasihmu??
Sebegitu rindunya dirimu pada kekasihmu??
Hingga hari ini, tak nampak seperti biasanya..
Parasmu nampak cerah, senyummu nampak bahagia, bajumu begitu rapi dan begitu bersih dan baumu begitu wangi.
Pergilah..
Jika itu yang kau rindukan dari dulu.
Pergilah..
Jika itu yang kau dambakan dan kau inginkan.
Pergilah..
Jika itu yang akan membuatmu bahagia.
Pergilah..
Jika berada di Sisi Nya adalah impian terbesar dalam hidupmu.
Tetapi, ijinkan aku..
Ijinkan aku untuk mengantarkanmu kepada Nya.
Ijinkan aku untuk memberikan pesan padamu agar kau selalu berhati- hati dan selalu diberi kesehatan.
Ijinkan aku untuk mendoakanmu agar kau sampai dengan selamat ke tempat Nya.
Dan ijinkan aku untuk mengecup keningmu sebelum kau pergi menemui Nya.
Pergilah Ayahku. Semoga kau bahagia di Sisi Nya.
Yang merindukanmu selalu,
Putrimu.
-------------------
Pada tulisan, aku datang..
Bukan untuk menggugat, bukan pula untuk memamerkan.
Kali ini ingin ku katakan kepergianmu adalah pelajaran tanpa kamus, perenungan panjang untuk dipahami bahwa hidup adalah pembuktian tuk wujudkan syukur, kerja keras dan sabar ketika harus menjalani skenarionya.
Selama 20 tahun..
Ada hal-hal yang pasti tak pernah terlupakan, belum sempat lagi aku meminta maaf atas segala salah.
Aku yang kadang tak peduli dengan kabarmu, dan aku juga yang hampir tak pernah mengikuti apa yang kau inginkan.
Apakah bisa aku ada sedang kau tak ada, Apakah aku siap dalam ketidak-siapanku?
Aku tak bisa menggantikan apa yang kau miliki, aku tak bisa merubah apa yang aku miliki sebagai dirimu..
Sebenarnya, aku belum siap, dan mungkin tak kan pernah siap..
Maafkan aku karna tetap tak bisa memberikan apapun bagimu..
Tetapi..
Lewat goresan pena, aku menemuimu dan mengenangmu..
Bila datang saatnya nanti,
Kan ku ceritakan segala candamu, marahmu, kerja kerasmu dan perjuanganmu pada pendekar- pendekar penerusmu.
Dan Bila datang saatnya nanti,
Kau akan melihatku berdiri tegak dan tersenyum padamu.
Wahai Kekasih Sejati Di Dunia..
Wahai Pemilik Alam Semesta..
Jagalah ia, lelaki yang paling ku cintai. Lelaki yang kukenal dengan kesabarannya, lelaki yang selalu memberikanku semangat hidup dan lelaki yang bersedia berkorban apa saja agar aku bahagia. Berikan malaikat pembawa pelita yang senantiasa menemaninya. Dan berikan kesejukan dalam tidurnya yang lelap.
---------------------------------
Teman..
Hanya ingin berbagi..
Pulanglah..
Genggamlah tangan kedua orang tua mu, karena kau tak kan pernah tau apakah besok kau dapat merasakan kehangatan genggamannya.
Pulanglah..
Katakan bahwa ”Kau Amat Menyayangi Mereka”, karena kau tak kan pernah tau apakah besok kau sempat mengucapkannya sebelum mereka pergi meninggalkanmu.
Pulanglah..
Buat mereka tersenyum padamu, karena kau tak kan pernah tau apakah besok kau sempat melihatnya tersenyum bangga padamu.
Pulanglah..
Mintalah ”Maaf”, karena kau tak kan pernah tau bahwa semuanya sudah terlambat untuk mu mendapatkan maaf dari nya.
Bagaimanapun skenario yang terjadi dalam hidupmu. Pulanglah kawand ..dan peluk mereka, selagi kau dapat merasakan nafas dan hangatnya mereka untukmu.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H