Mohon tunggu...
Tentang Seseorang
Tentang Seseorang Mohon Tunggu... lainnya -

seseorang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Asketis

28 November 2011   01:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:07 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nada nada mengalun harmoni,
Riuh rendah gegap gempita menghening,

Manusia manusia berwajah dewa

berhati binatang saling bertukar makian,
Kejujuran hanyalah cerita khayalan,

Yang basah menjadi kering,

Yang kering menjadi basah,
Api menjelma menjadi air,

Racun telah semanis madu,

Mereka yang melemparkan bongkahan emas

pada gerombolan sapi, kembali terluka...
Hati... Hatiku...

Demi Tuhan hatiku !!!

jalan ini adalah penyembunyian,

Mereka yang tahu memilih diam, menunggu...

Kontemplasi dalam sepi

merasai Ilahi pemilik hati,

larut dalam ekstase cinta tanpa maujud...

Diam bersembunyi,

perlahan memintal sayap perak mentari,

hening menuju bening...

Terbang... terbang merentang sayap

memeluk birunya langit,

jangan hiraukan makian binatang

yang bersembunyi dalam tubuh manusianya,
Terbanglah... lebih tinggi,

lalu tersenyumlah

saat memandang wajah-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun