Nada nada mengalun harmoni,
Riuh rendah gegap gempita menghening,
Manusia manusia berwajah dewa
berhati binatang saling bertukar makian,
Kejujuran hanyalah cerita khayalan,
Yang basah menjadi kering,
Yang kering menjadi basah,
Api menjelma menjadi air,
Racun telah semanis madu,
Mereka yang melemparkan bongkahan emas
pada gerombolan sapi, kembali terluka...
Hati... Hatiku...
Demi Tuhan hatiku !!!
jalan ini adalah penyembunyian,
Mereka yang tahu memilih diam, menunggu...
Kontemplasi dalam sepi
merasai Ilahi pemilik hati,
larut dalam ekstase cinta tanpa maujud...
Diam bersembunyi,
perlahan memintal sayap perak mentari,
hening menuju bening...
Terbang... terbang merentang sayap
memeluk birunya langit,
jangan hiraukan makian binatang
yang bersembunyi dalam tubuh manusianya,
Terbanglah... lebih tinggi,
lalu tersenyumlah
saat memandang wajah-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H