Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hobi Membaca, Menulis, dan Kecerdasan Emosional, Bagaimana Menyikapinya?

18 Juli 2024   19:43 Diperbarui: 18 Juli 2024   20:04 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi dan Kecerdasan Emosional, Bagaimana Menyikapinya? Sumber gambar: Tafenpah.com

Setiap orang memiliki passion (hasrat) untuk menekuni apa yang membuatnya merasa nyaman untuk dilakukan setiap saat.

Menariknya topik pilihan admin Kompasiana di edisi kali ini, benar-benar merepresentasikan keinginan terbesar manusia, terutama Kompasianer (Penulis Kompasiana).

Memang benar adanya, bahwasannya hidup tanpa hobi, sama halnya seseorang yang menjalani kegiatan hariannya tanpa refleksi.

Maka, tepatnya apa yang dikatakan para bijak (terutama para filsuf Yunani Kuno), yakni: "hidup yang tidak direfleksikan, tidak pantas untuk dijalani!"

Filosofi satirisme di atas sangat bertalian erat dengan kecerdasan emosional seseorang dalam menjalani hobinya.

Mengintip Daniel Goleman (penulis) buku 'Emotional Intelligence,' terbitan Gramedia Pustaka Utama, terlebih kutipannya mengenai tantangan Aristoteles yakni; "Siapa pun bisa marah - marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik - bukanlah hal mudah," _Aristoteles, The Nicomachean Ethics.

Lalu, bagaimana menakar hobi seseorang dengan konsep berpikir Kecerdasan Emosional?

Sebagai pendekatan kontekstual, penulis mempunyai hobi, yakni; Membaca dan Menulis.

Kedua hobi tersebut, penulis sudah menekuninya sejak masuk Seminari (Biara Katolik) yang fokus utamanya adalah membentuk sumber daya manusia untuk tujuan kepentingan pelayanan iman Katolik. 

Atau dengan kata lain, tempat di mana seseorang (calon) Seminaris (Romo, Pastor, Imam Katolik) menjalani formasi/pendidikan.

Sejak tahun 2014 silam, sebagai calon Pastor/Romo/Imam Katolik, kegiatan membaca dan menulis, sama halnya dengan berdoa, berefleksi, meditasi dan kontempalsi.

Awalnya penulis mengalami kendala. Karena sebagai anak kampung yang berasal dari pedalaman pulau Timor Barat Indonesia, tepatnya desa Haumeni, kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan gerbang atau pembatas kawat berduri antara Indonesia dan Timor Leste di hamparan Padang sabana dan perbukitan permainan kedua negara tetangga, akses bahan bacaan pun sangat susah.

Kesulitan yang jauh lebih menantang adalah penulis pun berasal dari keluarga kecil yang hidup jauh dari kata 'cukup.'

Ketidakberdayaan ekonomi tersebutlah, yang membuat penulis kekurangan bahan bacaan.

Fase terberat yang dialami penulis, sangat berbanding terbalik, tepatnya penulis sudah tinggal dan menjalani kehidupan Seminaris di Biara Katolik, tepatnya Kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD) provinsi Jawa.

Di mana, akses bahan bacaan yang berkualitas dengan mudah penulis temui di setiap pojok Biara SVD.

Dalam keadaan tersebut, penulis sampai meneteskan air mata.

Karena mungkin bagi sebagian generasi yang lahir di daerah perkotaan, sangat dimudahkan dengan berbagai akses bahan bacaan yang sangat berkualitas.

Namun, persoalan tersebut, sangatlah ironi dengan kehidupan penulis.

Masih dalam nuansa yang sama, yakni bagaimana menakar kadar hobi seseorang dengan kecerdasan emosional?

Kemudahan dalam menemukan bahan bacaan yang sangat berkualitas, secara kontinyu membantu penulis untuk menemukan kelebihan dan kekurangan diriku.

Dari kebiasaan membaca, maka perlahan ada hasrat (passion) untuk menulis.

Karena dalam menulis, penulis sangat menikmatinya. Karena selain mengekspresikan sekaligus terapi diri yang sangat efektif, penulis pun mendapatkan banyak insight tentang kehidupan.

Salah satu momentum yang paling tepat penulis tekuni hobi menulis dan membaca, ketika penulis tergabung di salah satu grup perpesanan (WhatsApp), yang kala itu rekan-rekan membahas bagaimana bergabung dengan Kompasiana.

Setelah menelusuri keasyikan rekan-rekan dalam membagikan kegiatan hariannya melalui kanal atau situs Kompasiana, akhirnya penulis pun memutuskan untuk bergabung dengan Kompasiana, tepatnya di tahun 2021 silam.

Dari Kompasiana, penulis akhirnya mendirikan blog pribadi yakni: www.tafenpah.com

Portal yang berisikan kearifan lokal budaya Atoni Pah Meto (Etnis Timor Dawan NTT) tersebut, telah menyita banyak waktu penulis dalam mengembangkannya.

Selain pengorbanan waktu, energi penulis pun seakan habis dalam mengembangkannya.

Bagaimana tidak, psikoemosional penulis pun benar-benar diuji dalam berbagai kesempatan.

Di antara, penulis sering keluar masuk (resign) dari kerjaan hingga keluar dari kampus, hanya untuk menekuni hobi membaca dan menulis.

Akan tetapi, pengorbanan tersebut, tidak sepadan dengan hasil yang penulis dapatkan.

Dalam kondisi demikian, penulis pun kembali merefleksikan apa yang dikutip oleh Daniel Goleman dari filsuf Aristoteles dalam Etika Nicomachea yakni; "Siapa pun bisa marah - marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demo tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik - bukanlah hal mudah."

Kesimpulan akhir dari penulis adalah siapa pun boleh saja menekuni hobinya dalam kondisi apa pun. Asalkan pada waktu dan kadar yang tepat. Karena bagaimana pun juga, secermerlang impian dan harapan di balik hobi tersebut, pastinya ada kejatuhan mental. Entah itu berasal dari diri sendiri, pandangan orang lain, lingkungan kerja, dan segala sesuatu yang kita temui dan alami selama menjalani hobi kita.

Demikian ulasan singkat dari penulis, terutama dalam edisi Topik Pilihan Kompasiana edisi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun