Mayoritas orang tua kala itu beranggapan, bahwasannya untuk apa anak-anaknya pergi ke sekolah, toh dengan rajin memelihara hewan ternaknya di padang sabana yang luas dan indah permai di tanah Timor tercinta, kehidupan mereka pun terjamin.
Namun, pada potretan selanjutnya, ada orang tua tertentu yang menginginkan anak-anaknya untuk mencari ilmu setinggi mungki di dunia pendidikan, tapi ada pro dan kontra dari sang anak sendiri.
Di sini, semacam ada dilema pemikiran. Ya, tidak bisa dipungkiri lagi, bahwasannya apa yang dulunya leluhur Atoni Pah Meto ajarkan kepada bapak dan mama, lalu diteruskan kepada generasi kelahiran tahun 70-90an, pandangan tersebut mutlak dibenarkan oleh setiap anak.
Jadi, kesalahannya tidak ada pada anak-anak, terutama mereka yang tidak mau mengenyam pendidikan formal, tapi kesalahan itu ada pada leluhur yang telah menanamkan alam bawah sadar anaknya untuk tetap menggembalakan sapi di padang sabana.
Perlu disadari bersama, bahwasannya penulis tidak serta merta melemparkan kesalahan atau cacat logika tersebut pada para leluhur, tapi ini sebagai bahan permenungan bersama untuk kemajuan generasi etnis Dawan Timor di era revolusi industri 4.0 dan jelang revolusi industri 5.0 atau era society.
Oleh karena itu, sangatlah tepat kita melihat dan merenungkan bersama, pepatah klasik dari Bung Karno, yakni: JASMERAH yang berarti Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.
Dari sejarah kesalahan para leluhur, kita semua belajar untuk terus bertumbuh dan berkembang menuju kesejahteraan bersama di tengah perederan abad 21.
Lirik Lagu Li An Moen Ana Atuk Bijael
Nah, pada poin berikut, kita juga akan melihat bersama, lirik lagu 'Li An Moen Ana Atuk Bijael.'
Kolai mau ma lai loel tunu, tuek met ana nok penseka, amonet......... bijaem ben liat
Li an moen an esan, fit sa tuek e