Rindu, bukanlah kata gombalan dari wanita tua yang telah menemaniku sejak 28 tahun lalu.
Sosoknya begitu berkharisma.
Bahkan desiran ombak di lautan lepas pun ikut terkesima.
Burung-burung yang beterbangan di angkasa raya pun, ikut mendengarkannya.
Sayangnya, antara aku dan dia kini terpisah oleh jarak.
Dalam diam, aku tersiksa dengan perasaanku.
Karena wanita tua itu, kini berkulit kering, jalannya pun tak selincah, zaman Siti Nurbaya.
Semakin mengingat belaian tangannya yang tulus, aku pun berjuang untuk menahan tangis.
Bagaimana tidak, laki-laki tak boleh menangis
Kata budayaku dan budayamu.
Entah ajaran itu benar atau tidak, tanpa sadar, aku pun menjatuhkan air mata.
Rerumputan di halaman depan pak Lurah, juga ikut menangis.
Ibu, terima kasih
Karena dengan ketulusanmu
Anakmu ini terus bertumbuh dan berkembang
Walaupun sampai saat ini, aku belum sepenuhnya membahagiakanmu
Kapuk Pulo, 16 Oktober 2023
Frederikus Suni (www.tafenpah.com | www.pahtimor.com | www.hitztafenpah.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H