Memutuskan untuk resign atau tidak melanjutkan studi di Perguruan Tinggi adalah hal biasa bagi saya. Karena pengalaman keluar dan masuk kampus sejak tahun 2019, 2021, dan 2023 menjadi jejak-jejak tak terlupakan dalam perjalanan hidupku di tanah rantau.
Merantau bukanlah perkara mudah! Karena sebagai anak sulung dengan kehidupan ekonomi yang pas-pasan di pelosok Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Desa Haumeni - perbatasan RI dan Timor Leste, menekuni pendidikan hingga Perguruan Tinggi adalah suatu keberuntungan.
Namun, karena ego dan keterbatasan finansial, akhirnya saya tidak berpikir panjang lagi, ketika menemui kesulitan, saya pun mengorbankan masa depan beserta impianku, demi bekerja dan membantu orang tua, membiayai diri sendiri di negeri asing.
Jeritan tangisan biasanya datang, ketika saya berada di lingkungan kerja. Di mana, nuansa skeptisme terus saya temui, di setiap saya melamar pekerjaan.
Namun, sebagai mantan mahasiswa yang hobinya drop out, tidak ada pilihan lain, selain saya terus belajar di sepanjang jalanan. Di samping berdiskusi, membaca banyak buku, berita maupun informasi apa saja di media sosial, mendengarkan sharing tetangga, dan siapa pun yang saya temui, akhirnya saya memahami bahwasannya pendidikan itu sangat penting.
Namun, karena keterbatasan finansial, mau bagaimana lagi. Jalan terbaik bagi saya adalah terus belajar dan mengupgrade diri.
Semakna dengan quotes dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, yakni: "Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Pendidikan tak berhenti di bangunan sekolah saja. Tapi juga di rumah, di jalan, dan di mana-mana."
Tentunya, quotes dari Ki Hadjar Dewantara ini sangat inspiratif. Tapi, pengaplikasiannya sangat rumit dalam kehidupan nyata. Bagaimana tidak, setiap saya maupun Anda yang melamar pekerjaan di perusahaan atau lembaga apa pun, persyaratan pertama dan utama adalah Ijazah.
Jika, Ijazah saya ataupun Anda maksimal SMA, sudah pasti benefit yang nantinya kita dapatkan adalah berada jauh dari mereka yang ber-Ijazah S1, S2, dan S3.
Kenyataan inilah yang saya alami di mana saya bekerja, entah di mana pun. Namun, jika saya memilih untuk menjadi seorang Kreator Konten, yang perlu saya miliki adalah banyak membaca, mengamati lingkungan sekitar, berefleksi, dan mendengarkan apa pun yang saya temui dalam keseharian. Hal demikian juga berlaku dalam dunia wiraswasta. Di mana yang perlu saya lakukana adalah bekerja keras, pandai membaca peluang, terus belajar hal baru, dan lain sebagainya.
Jauh dari apa yang saya sampaikan di atas, sebenarnya keinginan terbesar saya adalah melanjutkan studi hingga Perguruan Tinggi. Bukan untuk sok-sokan, tapi sebagai pembuktian diri, bahwasannya di setiap kegagalan, pasti ada sesuatu yang saya pelajari, dan dari kejadian tersebut, saya harus lebih serius dalam mengolah diri, manajemen waktu, manajemen emosi, fokus pada tujuan hingga pada akhirnya saya bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktunya.
Akhirnya, tulisan ini saya persembahkan untuk Komunitas Penulis Berbalas (KPB) yang sejak beberapa tahun belakangan ini menjadi sumber inspirasi bagi saya dalam berkarya, belajar, dan terus memperbaharui diri di era digital.
Salam hangat dan teruslah menjadi inspirasi bagi setiap orang. Karena satu kebaikan, nantinya akan datang berkali lipat. Itulah secercah hukum kausalitas (sebab dan akibat) dari setiap tingkah laku kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H