Sebagai kelompok netral, saya sependapat dengan kebijakan gubernur NTT yang mewajibkan dua sekolah unggulan untuk memulai aktivitas belajar pada pagi hari, tepatnya pukul 5.00 WITA.
Alasannya energi positif di pagi hari diyakini mampu meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Selain siswa-siswi juga dapat mengatur jam tidur malamnya.
Namun, di lain sisi, pemikiran masyarakat yang kontra adalah mengantisipasi terjadinya kekerasan dalam hal apa pun. Mengingat di pagi-pagi buta yang aktivitas warga belum sepenuhnya normal, bisa saja dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab untuk mencelakai siswa/siswi. Terlebih anak-anak perempuan. Misalnya kasus pemerkosaan, dll.
Di sini saya dan kamu bisa menarik kesimpulan sementara yakni; kebijakan ini dapat memberikan dua peluang.
Peluang pertama adalah mengajarkan anak-anak untuk mau tak mau harus menerima perubahan.Â
Kedua: banyak masyarakat yang belum menyetujui kebijakan dari gubernur NTT. Karena mereka merasa kebijakan tersebut secara sepihak, tanpa adanya dialog antara pemerintah dan masyarakat.
Lantas, apakah kebijakan ini termasuk sensasi atau sarana mencari pengakuan eksistensi diri, ataukah hanya sebagai ruang pengalihan isu-isu korupsi yang terjadi di BANK NTT saat ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H