Filsuf Friedrich Wilhelm Nietzsche dan Martin Heidegger melihat "Nihilisme yang berarti proses di mana pada akhirnya tiada lagi yang tersisa."
Melepaskan yang tertinggal dalam sejarah perjalanan apa pun, ibarat kita melepaskan mutiara-mutiara terpendam di dasar samudera kehidupan.
Dalam konteks ini, Lembaga Pendidikan Kebudayaan Amore Prime School terus berkembang. Perkembangan itu, bukan hanya pada kualitas dan kuantitas peserta didik.
Tetapi dukungan sarana dan prasarana pun sangat penting dalam menunjang aktivitas pembelajaran peserta didik, tenaga pengajar serta stakeholder internal dan eksternal selama berada di lingkungan sekolah.
Untuk mengabadikan sejarah singkat berdirinya bangunan baru Amore Prime School, Penulis mencoba untuk meramu, alias meracik pemikiran-pemikiran dari para Filsuf Yunani dan mengkonseptualisasikan pengalaman riil Penulis selama berada di lingkungan tersebut.
Tujuannya agar Penulis dan pembaca budiman bisa mengikuti kerangka berpikir (metodologi), di balik sajian artikel sederhana ini.
Goresan Sejarah dalam Bingkai Kebudayaan Menurut Filsuf Ernst Cassirer
Melalui goresan sejarah, kita mengenal masa lalu. Dari masa lalu, kita belajar dan merawat apa yang tersadari maupun yang tidak tersadari. Tujuannya kita bisa dengan leluasa mengejar sejuta mimpi yang masih berada di dalam kolam pikiran kita.
Senada dengan fondasi bangunan baru Amore Prime School yang hampir jadi.
Di balik bangunan tersebut, ada perjuangan dari seluruh stakeholder internal maupun ekster Amore Prime School.