Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Muda Berkelana, Tua Bercerita

27 Juni 2022   12:30 Diperbarui: 5 Juli 2022   09:46 9339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan bersama rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara Jakarta. Dokpri

Muda berkelana tua bercerita, bukan hanya berisikan rangkaian perjalanan yang begitu-begitu saja. Melainkan, perjalanan kemanusiaan yang dibalut dengan spirit reflektif. Tujuannya kita bisa menemukan jati diri kita dan untuk apa kita dilahirkan - Fredy Suni

Setiap kelahiran, tentunya punya tujuan. Namun, untuk menemukan tujuan tersebut, kita pun kerap harus mencari. Salah satu jalan pencarian bagi setiap orang adalah melakukan perjalanan.

Perjalanan dalam menemukan versi terbaik diri kita, terutama bagi pelajar adalah sesuatu yang penting. Akan tetapi, realita di tanah rantau, tidaklah seindah drama sinetron FTV.

Karena ada suka dan duka yang harus kita jalani selama di negeri asing. Inilah siklus kehidupan yang terkadang kita ingin mengingkarinya.

Filsuf Friedrich Nietzsche mengatakan kecenderungan terbesar dalam diri kita adalah mencari kesenangan, dan kita pun berusaha untuk menghindari rasa sakit.

Rekan-rekan mahasiswa IlmuKomunikasi Universitas Dian Nusantara Jakarta. Dokpri
Rekan-rekan mahasiswa IlmuKomunikasi Universitas Dian Nusantara Jakarta. Dokpri

Memang benar adanya. Karena sesuai dengan pengalaman saya selama 8 tahun di tanah rantau, saya pun selalu bersentuhan dengan dua siklus di atas.

Namun, sebagai pelajar, tentunya saya harus berusaha untuk tetap bertahan (survive) dalam kondisi apa pun. Meskipun pancaran sinar mataku membohongi semesta, namun semua itu saya lakukan hanya untuk mencari ilmu.

Kenangan bersama rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara Jakarta. Dokpri
Kenangan bersama rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara Jakarta. Dokpri

Dinamika pencarian ilmu di tanah rantau, tentunya setiap orang punya takaran tertentu. Karena kisah perjalananku, belum tentu sama dengan rekan seperjuanganku.

Ada pun sejumlah hal positif, yang saya dapatkan selama di tanah rantau, dan kiranya hal-hal positif ini bisa memberikan secercah harapan bagi sobat pelajar.

Tanah Rantau Mengajarkanku untuk Mengingat Kembali Perjuangan Orang tua

Sebelum saya memilih untuk merantau, saya pun memiliki kebiasaan kala bersama dengan orangtua, yakni menuntut hal yang lebih dalam bidang apa pun.

Saat itu, saya tidak tahu seberapa perjuangan orangtuaku untuk memenuhi kebutuhanku. Namun, selama di tanah rantau, saya pun sadar, bahwasanya untuk mendapatkan uang, tentunya tidaklah mudah.

Ketika dalam kondisi tersebut, saya pun meneteskan air mata. Air mata kesedihan sekaligus terharu, karena saya terlalu banyak menuntut kepada orangtua.

Pengetahuan tentang Kebudayaan Lain

Dengan merantau, pola pikir saya pun berubah. Perubahan ini mencakup cara pembawaan saya bersama orang lain, terutama budaya lain.

Karena selama di tanah rantau, ada banyak hal hal baru yang kita dapatkan. Terlebih bagaimana menjalin komunikasi dengan sesama yang berasal dari latar belakang budaya, bahasa daerah, karakter, dan lain sebagainya.

Menumbuhkan Mental Bertarung

Mentalitas bertarung sebagai mahasiswa akan teruji, kala kita berada di tanah rantauan. Karena situasi di rantau, tidaklah sama dengan kondisi di tengah keluarga yang serba ada.

Selain masalah di atas, ada pun masalah yang lebih besar, yakni kemauan untuk keluar dari zona nyaman. Karena sadar atau pun tidak, terkadang saya maupun rekan Kompasianer pasti sangat sulit untuk meninggalkan kenyamanan diri kita.

Belajar Hidup Hemat

Perihal hemat, tentunya kita selalu mendengarnya dari mana pun. Namun, godaan terbesar sebagai pelajar di tanah rantau adalah selalu ingin tampil keren.

Padahal kita tidak melihat latar belakang keluarga, khususnya di bidang ekonomi yang seperti apa. Ada pun pemicu dari hidup boros di tanah rantau karena disebabkan oleh lingkungan pergaulan.

Pepatah klasik mengatakan, "kita akan bertumbuh menuju hal yang positif, ketika kita berada di lingkungan yang tepat. Sebaliknya, kehidupan kita akan semakin tidak terkontrol, kala bertemu dengan lingkungan yang kurang nyaman."

Untuk itu, bagaimana pun saya dan sobat pelajar harus memiliki kekuatan filter atau penyaringan sebelum melakukan sesuatu.

Lebih Produktif di Tanah Rantau

Salah satu hal positif yang saya dapatkan di tanah rantau adalah menemukan passion. Passion itu adalah sesuatu hal yang benar-benar membuat kita nyaman untuk melakukannya.

Misalnya, saya menemukan passion saya dalam menulis di tanah rantau. Ya, meskipun saat ini saya pun terus belajar untuk memperbaiki diri.

Namun, setidaknya, dengan merantau, saya pun menemukan sesuatu yang benar-benar membawa manfaat dalam perjalanan karir saya.

Ketika saya dan kamu sudah nyaman dengan apa yang kita sukai, tentunya kita pun akan semakin produktif dalam berkarya.

Kebersamaan dengan peserta didik SDK Marsudisiwi Malang. Dokpri
Kebersamaan dengan peserta didik SDK Marsudisiwi Malang. Dokpri
Dari sekian hal positif di atas, izinkan saya untuk memberikan sejumlah catatan penting bagi sobat pelajar ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di tanah rantau, sebagai berikut:
  1. Perbanyak literasi membaca dan menulis
  2. Bangunlah jejaringan selama masih di kampung halaman, dengan memanfaatkan media sosial
  3. Berdiskusilah dengan rekan-rekan media sosial, seputar kehidupan di tanah rantau
  4. Tonton dan bacalah kisah inspiratif dari mahasiswa yang berada di tanah rantau melalui media sosialnya (Blog. Youtube, dll).

Selebihnya sobat diaspora akan menemukannya, ketika sudah berada di tanah rantau.

Sekian dan salah curhat | Instagram: @Suni_Frederikus | Blog Pribadi: www.tafenpah.com

Baca Juga: Presiden Joko Widodo: NTT Punya Potensi Pengembangan Komoditas Jagung, dan Jangan Paksakan untuk Keluar dari Kekuatannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun