Politik itu tidak abadi. Siapa pun bisa melakukan manuver, sejauh ada peluang dan rasa nyaman dari kader yang bersangkutan. Namun, konsekuensi dari kegiatan manuver akan memantik kemarahan bagi Ketua Umum Partai Politik yang bersangkutan.
"Kalian yang berbuat manuver-manuver, keluar! Karena apa, tidak ada di dalam PDI Perjuangan itu yang namanya main dua kaki, main tiga kaki, melakukan manuver" tegas Ketua Umum Partai PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDIP, seperti yang dilihat penulis melalui akun Youtube PDIP, Kamis (23/6/2022).
Sontak, publik pun bertanya-tanya, sementara yang elit terus bergerak maju menuju Koalisi demi memenangkan Pilpres 2024. Karena politik itu tidak abadi. Yang ada cuman intrik yang terus dimainkan oleh segelintir orang di dalam ruang publik.
Filsuf perempuan berpengaruh berdarah Yahudi - Jerman - dan Amerika Serikat, Hannah Arendt pernah mengatakan bahwasannya, ketika suara kamu di dalam ruang publik tidak di dengar, maka jalan terbaik adalah menciptakan kegaduhan.
Kegaduhan dalam konteks ini bersifat positif. Lantaran di dalam kubu partai politik tertentu, jika ada dua kandidat yang sama-sama memiliki potensi untuk menuju Pilpres 2024, tentunya yang satu akan dikorbankan.
Ranah atau jalur dilematis pun kembali membara. Akibatnya, kader yang satu pun akan memilih untuk melakukan manuver. Apalagi citra atau eksistensinya sudah begitu familiar di tengah publik tanah air.
Jalan Petaruang Kader PDIP Menuju Pilpres 2024
Jika jiwamu tak setajam pedangmu, kamu tidak akan sanggup menjalani jalan petarung (Jalan Bushido). Ajaran dari Filsafat Jepang ini tentunya sangat relevan dengan apa yang sedang terjadi, antara Ketum PDIP dengan salah satu kader yang dinilainya sedang bermanuver.
Terkait siapakah kader yang sedang bermanuver  dari kubu PDIP ke Parpol lainnya, kita pun tidak tahu (Absurd). Karena ketika Megawati menyampaikan dalam Rakernas II, ia pun tidak menyebutkan pribadi yang bersangkutan.
Namun, ketika publik menggunakan 'TEORI PERSEPSI,' maka pernyataan dari Megawati itu pun mengacu kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Karena pasca Rakernas NasDem yang lalu, namanya pun terpilih menjadi 'Bacapres 2024.' Meski keputusan dari NasDem belum final, mengingat masih ada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Andika Perkasa.
Akan tetapi, jika kita menakar peluang dari ketiga nama yang di atas, tentunya Anies dan Andika lah yang berpeluang untuk mewakili NasDem di Pilpres 2024.
Karena Ganjar merupakan kader PDIP. Namun, jika seandainya PDIP mencalonkan Ketua DPR RI Puan Maharani, tentunya NasDem akan memilih Ganjar.
Di situlah, Ganjar akan memenangkan jalan petarung.Â
Terlepas dari pro dan kontra di atas, kita pun berharap, siapa pun kader yang nantinya memimpin RI 01 ke depan, tetap melanjutkan program-program kerja dari Presiden saat ini.
Karena politik pada dasarnya adalah baik untuk kemajuan bangsa. Citra politik yang buruk itu karena pribadi yang menjalaninya tidak berpedoman pada arah dan dasar dari semangat berpoliti itu sendiri.
Salam| Instagram: @Suni_Frederikus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H