Lalu, dari hasil penjualan kopi ini, apakah  bisa mencukupi biaya pendidikan anak-anak? Tentu saja cukup. Namun, terkadang juga sebagai penjual kopi itu kan tergantung dari minat pelanggan. Karena setiap pengunjung itu memiliki selera masing-masing.
Perkiraan saja, jika dinilai dari angka 1- 10, penghasilan ibu Deti berada di angka berapa? Jujur, ini semua tergantung pada pelanggan. Saya biasanya mendapatkan penghasilan yang luman pas malam Mingguan yang berada di angka 8-9. Karena pada malam Minggu itu biasanya ramai pengunjung.
Bagaimana perasaan ibu Deti yang berprofesi sebagai penjual kopi dengan penghasilan yang tidak menentu di masa Pandemi ini?
Hal yang pertama adalah saya bersyukur. Karena di tengah Pandemi, usaha saya membantu ekonomi keluarga.
Bukan hanya itu saja, saya juga berterima kasih kepada kepercayaan pelanggan yang selama ini setia nongkrong di sekitar bundaran PU ini. Kehadiran mereka membawa berkat bagi keluarga saya.
Di akhir bincang-bincang bersama Metasatu, ibu Deti berharap semoga ke depan usahanya semakin maju dan berkembang demi pertumbuhan UMKM.
Ia juga berharap, rekan-rekan penjual kopi di sepanjang Bundaran PU harus kompak dan meningkatkan kolaborasi demi kemajuan ekonomi kreatif Indonesia, terutama di kota Kupang sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H