Banyak sekolah di daerah terpencil yang kondisinya memprihatinkan. Padahal pemerintah memiliki program prioritas di bidang pendidikan untuk daerah terdepan, terpencil dan tertinggal. Namun, harapan pemerintah pusat tidak dijalankan oleh bawahannya, terutama Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bagaimana tidak, Sekolah Dasar Katolik (SDK) Haumeni yang berada di Desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat memprihatinkan.
Kondisi bangunan fisik SDK Haumeni mengalami kerusakan parah, bahkan bangunan yang berleter L itu kini sudah tidak digunakan oleh tenaga Pendidik dan Siswa.
Karena bangunannya tidak layak untuk dihuni. Di mana tembok yang retak-retak, sebagain atap bolong dan pada musim hujan anak-anak generasi perbatasan itu kesulitan untuk mengikuti proses belajar mengajar.
Dilansir dari Youtube MetasatuTV, Albertus Kolo selaku guru yang berasal dari Haumeni mengatakan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara sudah beberapa kali mengadakan survei untuk merenovasi atau pun mendirikan bangunan baru, tetapi hingga kini belum terealisasi.
Bahkan ia pun mengatakan kepada Wartawan Metasatu bahwa Sekolah Katolik Haumeni memang selama ini mengalami kesulitan dan sangat ribet untuk diperhatikan oleh pemerintah, baik dari Pusat hingga Daerah sendiri.
Apa yang diharapkan dari generasi perbatasan, jika bangunan sekolah, Â sarana dan prasarananya yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar?
Sesuai dengan pengamatan penulis selama ini di Ibukota DKI Jakarta, umumnya sekolah-sekolah yang ada di sini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, dan seolah-olah tenaga pendidik dimanjakan dengan fasilitan tersebut.
Namun, kondisi ini sangat paradoks atau berbanding terbalik 180 derajat dengan sekolah-sekolah Katolik yang ada di perbatasan RI- Timor Leste, khususnya SDK Haumeni.
Lantas, jika kondisi seperti ini, siapakah yang harus disalahkan? Tentunya di sini tidak ada saling tuding menuding ya. Karena apa yang penulis sampaikan di sini sesuai dengan fakta sebagai pekerja pers.
Jujur, penulis merasa sedih dan prihatin ketika berada di lapangan. Apalagi SDK Haumeni adalah gerbang atau pintu pertama penulis mengenal apa itu pendidikan? Apa itu masa depan? Apa itu cita-cita? Apa itu mimpi? Dan berbagai hal yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Mengenal SDK Haumeni lebih Dekat
SDK Haumeni didirikan oleh Pastor Anton Frey, Svd asal Swiss pada tahun 1952. Namun, SDK Haumeni sesuai dengan SK Operasionalnya sudah ada sejak tanggal 1 Januari 1910.
Perjalanan SDK Haumeni dalam mendidik, mengayomi dan membentuk karakter generasi perbatasan negeri sudah tidak diragukan lagi. Karena hingga saat ini, SDK Haumeni sudah meluluskan ribuan generasi anak bangsa yang berkarya dan bekerja di berbagai sektor kehidupan, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Saat ini, jumlah guru yang mengajar di SDK Haumeni berjumlah 9 orang dengan jumlah siswa sebanyak 98 orang. Kalkulasinya seperti berikut: Siswa perempuan berjumlah 41 orang, dan siswa laki-laki berjumlah 57 orang.
Harapan Tenaga Pendidik SDK Haumeni kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Tenaga pendidik di SDK Haumeni sangat mengharapkan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara untuk bisa merealisasikan janji-janji manisnya beberapa tahun silam.
Selain itu, mereka juga mengharapkan adanya tanggapan serius dari Pemerintah Pusat, khususnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) Nadiem Makarim untuk lebih memperhatikan fasilitan dan kesejahteraan guru-guru di SDK Haumeni dan sekolah-sekolah di perbatasan negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H