Â
Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pasti pernah melewati hari-hari terberat dalam menjalankan roda perekonomian bisnisnya di tengah Pandemi global. Pandemi bukan hanya melahirkan masalah, tetapi Pandemi juga membawa dampak positif bagi Cafe Malar.
Banyak industri kreatif tanah air yang terpaksa harus gulur tikar alias bangkrut. Karena hantaman Covid-19. Namun tidak dengan Cafe Malar. Justru Cafe Malar melihat Pandemi Covid-19 sebagai peluang baru yang harus diambil oleh ketujuh co-foundernya.
Ketujuh co-Founder itu antara lain Ibu Devanka, Ibu Veni, dan Pak Teguh (Divisi Kreatif), Sementara divisi Operasional; Pak Rivaldi, Pak  Alif, Divisi Keuangan (Pak Zikri), dan Prof. Dr. Suharyadi Suharyadi (Rektor Universitas Dian Nusantara) Jakarta.
Sumber Daya Manusia Menentukan Maju dan Berkembangannya Bisnis
Mendirikan perusahaan startup atau pun industri kreatif tidak pernah terlepas dari sumber daya manusia yang handal.
SDM yang mumpuni dalam bidang tertentu, ketika berkolaborasi dengan lintas profesi pasti menghasilkan cita-cita yang mulia. Di mana, perusahaan atau pun industri kreatif itu tidak hanya mapan dalam finansial, tetapi seluruh karyawan dibimbing untuk menyatukan kepentingan demi mencapai hasil yang lebih baik.
Selain itu, keuntungan lain dari sumber daya manusia yang berkompeten adalah mampu memitigasi masalah internal dan ekternal yang ada selama bisnis itu berlansung.
Sebagaimana yang ditunjukkan oleh ketujuh co-Founder Cafe Malar. Mereka bekerja sama dengan semangat "Kolaborasi." Tentu saja slogan ini semakna atau serupa dengan semangat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yakni "Jakarta Kota Kolaborasi."
Mentaliti dan Dialog sebagai Kekuatan Cafe Malar
Di sela-sela memotret suasana Cafe Malar dengan menikmati menu favorit dan berbagai jenis minuman kopi yang berada di dalamnya, bangunan Caf Malar juga sangat minimalis, tetapi nyaman untuk dipandang. Karena lanskap Cafe Malar sangat menyejukkan hati untuk berlama-lama di dalamnya.
Pers Mahasiswa Univeristas Dian Nusantara mulai menggali lebih dalam seputar, apa sih rahasia Caf Malar hingga menuju kesuksesannya di tengah Pandemi?
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kedua co-Funder (Ibu Devanka dan Pak Zikri) dalam kesempatan itu, mereka memberikan dua paradigma kepada sobat Undira dan juga pelaku ekonomi kreatif Indonesia, yakni: "Mentaliti dan Dialog."
Lantas, Apa itu Mentaliti dan Dialog?
Menarik karena Pers Undira mulai resah atau gelisah akan dua kata yang disampaikan oleh kedua co-Founder tersebut.
Berikut penjelasannya: Mentaliti ini berkaitan erat dengan adaptasi atau menyesuaikan minat pelanggan. Karena sebagai pelaku industri kreatif, mereka tidak berani hidup dalam ego mereka sendiri.
Artinya, mereka harus memiliki spirit adaptif untuk selalu up to date dengan masukan-masukan pelanggan, baik secara langsung maupun via online untuk terus memperbaharui Cafe Malar ke arah yang lebih baik.
Tentu saja, ketika mereka menerima dan mengaplikasikan masukan-masukan dari pelanggan, Cafe Malar semakin menunjukkan eksistensinya di jantung kota Jakarta Selatan sebagai salah satu caf yang "open mindset" dan berjiwa "growth mindset."
Selain itu, mereka selalu memitigasi atau memanajemen masalah-masalah internal dan eksternal dengan tetap berpeguh teguh pada visi dan misi dari Cafe Malar sendiri.
Cara sederhana ini mampu menyatukan perbedaan-perbedaan pendapat yang ada dalam diskusi-diskusi mereka.
Lalu, Dialog ini berkaitan dengan cara penyelesaian masalah yang berlandaskan pada semangat "Musyawarah."
Tak bisa dimungkiri bahawasannya, mereka kerap kali berselisih pendapat, namun itu menjadi hal biasa bagi mereka. Karena setelah konflik internal tersebut, mereka duduk bersama dan mencari solusi-solusi yang tepat dan efektif untuk mengembalikan semangat Cafe Malar menuju track atau jalurnya.
Nilai-nilai "self improvement" atau pengembangan diri ini bukan hanya berlaku bagi Cafe Malar, namun ini juga berlaku bagi seluruh pegiat industri kreatif tanah air.
Pesan Ketujuh co-Founder Cafe Malar untuk Sobat Undira
Mahasiswa Universitas Dian Nusantara Jakarta bukan hanya didik menjadi manusia yang hanya menguasai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi lebih dari itu, para dosen juga menanamkan semangat "mendidik dengan hati" sesuai dengan filosofi Prof.Dr. Suharyadi (Rektor Undira).
"Bermpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang." -Ir Soekarno
Quotes ini dijadikan sebagai pesan penutup dari  Zikri kepada sobat Undira di mana pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H