Di mana, negara-negara yang terlibat dalam Gugus Tugas Takuba yang dipimpin Prancis mengatakan mereka telah sepakat untuk menetapkan rencana tentang bagaimana tetap terlibat secara aktif di kawasan itu, terutama di Niger dan negara-negara Teluk Guinea, pada Juni.
Bagaimana respon dari Junta Militer Mali soal pengumuman mundurnya militer Prancis?
Kolonel Souleymane Dembl, juru bicara junta yang berkuasa, mengabaikan pengumuman Prancis, mengatakan kepada wartawan bahwa sementara pasukan Eropa berada di negara itu "terorisme melanda seluruh wilayah Mali".
Hampir 5.000 tentara Prancis dikerahkan di wilayah Sahel untuk memerangi pemberontakan Islam sebagai bagian dari Operasi Barkhane, dengan sekitar 2.400 di antaranya berlokasi di tiga pangkalan di Mali utara.
Lantas, Bagaimana reaksi dari warga Mali?
Tentu saja pengumuman penarikan pasukan dari Mali oleh Presiden Macron membawa dua hal, yakni ada yang merasa bahwa itu akan memberikan perdamaian di negara tersebut.
Sebaliknya, ada warga yang pesimis akan meningkatnya konflik di negara tersebut.Â
Sebagaimana yang dilaporkan oleh Bristish Broadcasting Corporationn bahwa seorang pria mengatakan penarikan itu akan "membawa perdamaian di utara negara kita karena Rusia dan Wagner pasti akan mendukung tentara kita", sementara yang lain menggambarkan intervensi Prancis di Mali sebagai "kegagalan".
Bagaimana pun juga, kedamaian adalah hak setiap warga negara. Kita berharap apa yang dilakukan oleh Presiden Macron bisa memberikan keleluasan bagi pemerintah Mali dalam mengurus kedamaian di negaranya sendiri. Selain, pihak internasional juga harus ikut terlibat aktif dalam mendukung perdamaian di negara tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H