Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejuta Makna Kesederhanaan di Balik Buku "Toga Kehidupan"

23 Januari 2022   22:28 Diperbarui: 23 Januari 2022   23:04 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Didi Pramisdi Winanto Saputro. @Didipramisdiwinantosaputro

Hi sobat Kompasianer, sebagai mahasiswa terkadang kita berada pada situasi dilema untuk memutuskan sesuatu. Karena apa yang kita putuskan saat ini akan berdampak pada kehidupan kita di waktu yang akan datang.

Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk tetap bertahan dalam keadaan dilema? Tentu saja, untuk menjawab pertanyaan ini, izinkan saya untuk mengisahkan pengalaman saya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara dalam membangun komunikasi dengan salah satu Dosen yang terkenal dengan kesederhanaannya, yakni Pak Didi Pramisdi Winanto Saputro atau yang biasa dikenal oleh mahasiswa dengan sebutan Pak Didi.

Pak Didi adalah Dosen Bahasa Indonesia di Universitas Mercu Buana, Universitas Dian Nusantara, Universitas Tangerang Raya (Untara), dan beberapa Sekolah Menegah Atas DKI Jakarta.

Setiap hari ia menjalani aktivitas dengan padat sebagai praktisi pendidikan. Terkadang, saya dan rekan-rekan mahasiswa ingin mengetahui lebih jauh seputar manajemen waktunya. Karena, dengan jadwal yang padat tentu saja, ia pasti kewalahan juga. Akan tetapi, ia memiliki manajemen waktu yang sangat baik, komitmen, kejujuran, dan menjalani kehidupan dengan versi terbaik dirinya.

Sejuta Makna Dibalik Buku Toga Kehidupan

@Didipramisdiwinantosaputro
@Didipramisdiwinantosaputro

Sebagai Dosen, ia juga berprofesi sebagai MC (Master of Ceremony), Editor buku novel, dan juga pemateri Publik Speaking di berbagai acara.

Dosen sederhana yang gemar bersepeda ini menjadi idola mahasiswa di ketiga Universitas di atas.

Seiring dengan berjalannya waktu, ia berhasil menulis salah satu buku yang sangat inspiratif di dunia pendidikan, terutama bagi mahasiwa. Bukunya yang berjudul "TOGA KEHIDUPAN." 

Siapa pun dari kita, tentunya pasti ingin melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Namun, sebagian dari kita tidak memiliki kesempatan tersebut. Karena satu dan lain alasan.

Secara umum, buku Toga Kehidupan berisikan pengalaman Pak Didi dalam memperjuangkan cita-citanya yang dibalut dengan keterbatasan dan keserhanaan hidup.

Beberapa hari yang lalu, saya sempat membangun komunikasi dengannya seputar makna buku Toga Kehidupan via pesan WhatsApp.

Ia menjelaskan bahwa buku ini sebagai persembahan untuk para pejuang Toga. Suport sistem dari buku ini adalah keluarganyanya, terutama ayah dan ibunda tercinta yang saat ini sudah berada di alam yang lain.

Landasan atau patokan dari penulisan buku ini berawal dari salah satu buku yang ia baca yakni KEJUJURAN.

Apa itu kejujuran? "Kejujuran adalah menjalani kehidupan dengan apa adanya, jujur terhadap kekurangan dan yang terpenting adalah latar belakang keluarga sehingga pada akhirnya orang lain percaya kepada kita,"katanya.

Keluarga merupakan langkah awal dari mana seseorang bertumbuh, berkembang hingga menjadi seperti sekarang ini.

Toga Kehidupan Sebagai Self Improvement bagi Siapa pun

Pak Didi Pramisdi Winanto Saputro. @Didipramisdiwinantosaputro
Pak Didi Pramisdi Winanto Saputro. @Didipramisdiwinantosaputro

Ketika kita membaca buku Toga Kehidupan, penulis akan membawa kita pada dimensi-dimensi humanisme. Artinya; setiap orang punya masalah. Masalah-masalah tersebut ada yang memang sulit untuk diceritakan kepada orang lain. Begitu pun ada yang mudah untuk kita bagikan kepada orang lain dengan segala konsekuensinya.

Namun, bagaimana pun sebagai mahkluk sosial yang tidak pernah dipisahkan dari sesam, sudah sepantasnya kita membutuhkan keberadaan orang lain untuk berbagi.

Berbagai tidak hanya soal materi. Tetapi berbagi itu berupa motivasi, sharing, dan cara-cara sederhana yang dapat membatu sesama untuk keluar dari masalah yang ia hadapi.

Contohnya konkretnya adalah; saat ini saya memang ada sedikit masalah dengan kuliah saya. Tetapi, saya mencoba untuk membangun komunikasi dengan Pak Didi. Ya, meskipun saya selalu tidak menepati janji-janji saya, dan hal itu mungkin saja tidak etis dan pantas sebagai mahasiswa. Namun, bagaimana pun juga, melalui pendekatan humanisme (sharing dan konsultasi), akhirnya saya mendapatkan keringanan dalam kuliah saya.

Cara praktis di atas sebagai sesuatu yang lumrah terjadi di dunia kampus. Siapa pun pasti pernah melaluinya. Namun, melalui komunikasi yang baik, seberat apa pun masalah yang saya dan siapa pun alami, semua pasti ada solusinya. Jadi, buku Toga Kehidupan sebagai solusi yang tepat dan efektif bagi siapa pun.

Akhirnya, inilah kisahku bersama Pak Didi. Terima kasih kepada Pak Didi untuk segala kebaikannya. Saya selalu yakin pada hukum kausalitas (sebab-akibat). Di mana apa pun yang pernah kita lakukan, entah baik atau pun tidak menyenangkan, pada akhirnya akan kepada kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun