Bertahun-tahun, ritme kehidupan kota metropolitan Jakarta telah menggoreskan luka di sekucur tubuh ini
Terkadang, diri ini bingung ingin bersandar di bahu yang mana?
Segalanya menjadi gelap
Sebagai diaspora, diri ini selalu berharap akan kehidupan yang lebih....lebih dan lebih baik lagi
Tapi, impian itu tak kunjung datang
Justru diri ini sering terjebak di antara megahnya gedung-gedung pencakar langit
Jakarta bukanlah ibu tiri yang kejam!
Memang, terkadang kerasnya didikan ibu tiri
Namun, dari sana, diri ini perlahan mulai bangkit
Menyusuri mimpi-mimpi yang masih tercecer di hamparan kali
Di sinilah, diri ini belajar tentang apa itu rindu di tengah kehangantan keluarga?
Apa itu jeritan anak rantau?
Apa itu persahabatan?
Yang pada akhirnya, diri ini tahu bahwasannya kehidupan ini memang keras!
Jakarta temanilah diri ini untuk ikut membangkitkan rasa cinta akan kehidupan
Karena kehidupan yang tak direfleksikan
Tak layak untuk dihidupi
Begitulah didikan dari filsuf-filsuf negeri Yunani
Jakarta terima kasih untuk pengalaman hidup ini
Kini, diri ini kembali membangkitkan hasrat bepergian
Hingga suatu hari, diri ini pun bisa menggenggam Matahari
Jakarta, 14 September 2021
Fredy Suni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!