Dan kejadian itu membuatnya sedih. Hasrat extrovertnya mulai hilang dari senyumannya. Ia sedang dirundung oleh kesedihan dan ketakutan yang amat mendalam.
Bagaimana solusi yang tepat untuk menangani permasalah Sintia?
Sebagai sahabat, tentunya saya ingin memberikan bantuan berupa 'problem solving.' Tapi, saya pun merasa tak pantas. Karena saya pun memiliki masalah. Akan tetapi, tidak salah, jika saya mencoba untuk menawarkan solusi demikian.
Gunakan Autentikasi Dua Faktor
Tentu sebagai pengguna facebook, kita semua sudah sangat kenal dengan verifikasi dua faktor ini.
Caranya mudah sih. Saya dan Sintia mulai berselancar di akun media sosialnya untuk mengaktifkan penguncian akunnya yang semula jadi publilk  menjadi verifikasi dua faktor.
Begini caranya; buka akun facebook. Pergi ke pengaturan, lalu klik kata sandi dan keamanan, cari autentifikasi dua faktor.Â
Klik dan masukan kata sandi facebook milik Sintia -- lanjutkan hingga akhir. Maka, otomatis akun Sintia sudah aman dari apa pun. Tentu Sintia pun harus mawas diri.
Begitu pun dengan akun Instagram miliknya kami mengubahnya menjadi privat. Tujuannya adalah meminimalisir tindakan pelecahan atau bullying di dunia maya.
Selain itu, saya anjurkan kepada Sintia untuk tidak merespon. Karena semakin ia meladeni akun anonim tersebut, justru ia akan terus merasa tersiksa dengan psiko emosionalnya. Cukup saja, ia menyimpan bukti pesan itu dan laporkan kepada orangtuanya. Dan ketika permasalahan itu semakin besar dan sulit untuk diatas, jalan terakhir adalah melaporkannya kepada pihak berwajib sebagai tindakan kriminal atau pelecehan seksual.
Sobatku, demikian cuplikan singkat dari media sosial sangat rawan terhadap cyberbullying. Terutama masalah yang dialami oleh Sintia.
Kita pun harus semakin mawas diri untuk menjaga akun media sosial kita. Karena kita selalu hidup berdamping dengan mereka yang selalu tidak suka, iri dan benci dengan kehidupan kita. Entah mereka adalah rekan kerja kita, sanak saudara, mantan pacar, maupun siapa pun.