Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Taliban Memberontak Karena Mereka Ada

31 Agustus 2021   03:28 Diperbarui: 31 Agustus 2021   07:35 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taliban memberontak karena mereka ada. Lingkarmadiun.Pikiran-rakyat.com

Hai sobatku, sebelum saya mengulik artikel ini, saya memberitahukan kepada pembaca bahwasannya saya bukanlah pakar politik ataupun pengamat politik Timur Tengah ya. Melainkan, saya mencoba untuk ikut nyimplung bersama Kompasianer lain yang terlebih dahulu menganggit artikel seputar "Taliban."

Baiklah sobatku! Tahun 1952 dunia Sastra Perancis digoncangkan oleh polemik mendidik antara dua 'raksasa'; Albert Camus -- Sartre. "Aku memberontak, jadi aku ada." Sedangkan, Sartre -- Aku berpikir, maka aku ada." (Sumber; Albert Camus, Sampar. Terbitan; Yayasan Pusaka Obor Indonesia. Jakarta, 2013.)

Terkait dengan "kehadiran Taliban di Afghanistan," saya melihat di sana adalah perang eksistensi atau keberadaaan antara "Taliban" dan "tokoh karismatik sekaligus mantan panglima Muhajidin, Muhammad Ismal Khan"

Taliban Memberontak Karena Ada kepentingan

Motif dari pemberontakan atau pengambilalihan kekuasaan pemerintah Afghanistan oleh Taliban adalah mereka memiliki kepentingan tersendiri.

Sebab-musabab kepentingan Taliban kita pun tidak tahu dengan jelas dan pasti. Karena secara geografis, kita memang berada di satu benua yakni; benua Asia. Tapi, secara teritorial lautan dan daratan, Taliban berada di Timur Tengah. Sementara kita berada di Asia Tenggara.

Lantas bagaimana kita mau mengetahui kondisi dan keadaaan yang terjadi di sana? Kan ada media sosial? Ya, itu pun tidak cukup bagi kita untuk mengumpulkan bukti otentik!

Informasi akan menjadi akurat, jika kita sedang meliput langsung dan melibatkan kelima panca indera kita.

Mengapa kita harus meliput langsung baru mengetahui kebenarannya? Karena informasi maupun ilmu pengetahuan itu lahir dari pengalaman inderawi.

Untuk itu, saya memasukan kelompok Taliban ke dalam filsuf eksistensialisme, Albert camus dengan diskursus atau konsepnya "Aku memberontak, jadi aku aku.

Sebaliknya, tokoh karismatik dan sekaligus mantan panglima Muhajidin, Muhammad Ismal Khan saya memasukkannya ke dalam filsuf Sartre ; "Aku berpikir, karena aku ada."

Apa itu ada?

Ada (being) ini merujuk pada konsep pemikiran filsuf Martin Heidegger tentang "Sein und Zeit yang berarti; Ada dan Waktu."

Mantan Panglima Muhajidin, Muhammad Ismal Khan ada masa berkuasanya. Selama masa berkuasanya, ia selalu menghidupi pola "aku berpikir, karena aku ada."

Di sini sangat jelas bahwasannya tokoh karismatik itu pernah meninggalkan jejak bagi rakyat Afghanistan dengan jalan revolusioner yakni; ikut menyumbangkan ide sebagai orang terdidik dalam melawan pasukan Uni Sovyet tahun 1979 -1989.

Tentu sebagai pahlawan maupun kaum terdidik, gaya kehidupannya tak jauh berbeda dengan pemikiran Sartre yakni; "Aku berpikir, karena aku ada."

Namun, itu terjadi pada masa lalu. korelasi ini seirama dengan ajaran filsuf Martin Heidegger yakni; Sein und Zeit; Ada dan waktu." Artinya semua ada masanya untuk berkuasa di negara Afghanistan. Termasuk pasukan asing yang selama puluhan tahun berkuasa di negara tersebut.

Kekuasaan piramida Terbalik

Seusai dengan pemberitaan yang saya ikutin di media tanah air, umumnya menyajikan informasi terkait dengan kasus pemerkosaan yang menodai kemanusiaan itu sendiri. Terutama anak gadis Afghanistan.

Namun, sebagai kaum awam yang berada di luar garis kekuasaan, saya hanya berani mengatakan bahwannya Taliban memberontak karena mereka ada.

Seruan itu tentu menuai polemik berkepanjang dalam kehidupan kita. Akan tetapi, bagaimana pun juga, masalah akan tetap ada, sejauh adanya kehidupan.

Kita hanya bisa memberikan solusi. Tapi, kita tidak akan menghentikan kekausaan Taliban. Karena selama 20 tahun, mereka melihat, mengamati dan mengalami sendiri kekerasan di negara tersebut oleh bangsa asing.

Berawal dari perasaan sakit itu, kini mereka merebut kekuasaan dengan cara terpaksa. Mungkin bagi sebagian orang itu salah. Tapi, sejahat-jahatnya Taliban, mereka masih memiliki hati untuk melepaskan diri dari paham ataupun ideologi asing yang sudah berakar kuat dalam kehidupan mereka.

Memang cara pengambilalihan kekuasaan mereka melalui cara paksa. Karena ketika mereka memilih jalur diplomasi, suara mereka tidak akan didengarkan oleh pemimpin negara itu sendiri maupun dunia global. Karena stigmatisasi "jelek" sudah melekat bagi mereka.

Sobatku, ini adalah pendapat pribadi saya. Jika anda kurang sreg dengan pendapat saya, itu tidak masalah. Karena setiap orang bebas mengutarakan pendapatnya dalam kehidupan berdemokrasi. Yang terpenting jangan memihak kepada satu pihak.

Sekian dan terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun