Berawal dari beta rasa, bosong ju rasa semua orang dibakar emosionalnya oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidatonya.
Akan tetapi, sebagai insan yang lemah, tentu setelah kemerdekaan pun kita sulit untuk menyatukan rasa. Hingga kita kita masih hidup dalam kaca mata kepercayaan.
Jika orang yang berbeda dari apa yang saya anut, dialah musuhku. Inilah pemikiran destruktif bangsa yang seharusnya dimusnahkan dari NKRI. Karena orang yang bertipe semacam ini, tidak layak untuk hidup di bumi nusantara yang toleran.
Anehnya aktor-aktor pemikiran destruktif bangsa adalah mereka yang mendagu kaum intelektual. Intelektual kok pemikirannya seperti orang yang tidak pernah diajarkan sisi humanisme.
Hari ini kita jadikan sebagai momentum untuk kembali masuk dan bertanya lebih dalam tentang kehidupan kita dengan budaya lain. Apa yang sudah saya lakukan dengan sesamaku yang berbeda dariku? Mengapa saya bisa melakukan hal itu? Untuk apa saya menjalani kehidupan? Siapa saja yang pernah memaksa saya untuk bertindak destruktif terhadap saudaraku yang berbeda kebudayaan? Bagaimana perasaanku, ketika melihat orang yang berbeda dariku dipersulit dalam bidang administrasi?
Inilah makna kearifan lokal "beta rasa, bosong ju rasa" dari kearifan lokal Nusa Tenggara Timur.
Salam Bhineka Tunggal Ika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H