Setiap hari kita selalu mendengar, membaca berita-berita perpolitikan tanah air maupun mancanegara yang terkadang menyayat hati, memicu adrenalin dan sensasional dari sang penguasa.
Semua peristiwa itu berasal dari realitas kehidupan remeh-temeh yang kita jalani setiap hari. Ketika seorang penguasa tidak sepaham dan sealiran dengan penguasa yang lain, dalam konteks ini penganut paham empirisme dan rasionalitas mulai beradu mulut di mana-mana. Akibatnya, rakyat yang menajdi korban.
Bodo amat! Celoteh mereka yang berkuasa. Yang terpenting lingkungan partainya semakin jaya.
Saya harap kita penulis pun tidak mengikuti gaya seperti itu. Karena gaya hidup seperti itu dijadikan sebagai pintu awal untuk menciptakan permusuhan di mana-mana. Entah dari mana latar belakang keluarga dan budaya kita, kita semua adalah Kompasianer yang selalu mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran dan emosional dalam merangkai kata, kalimat dan menjadi paragraf yang utuh. Tujuanya adalah memberikan manfaat bagi pembaca kita dari manapun.
Terakhir, teori itu bukan ilusi, melainkan realitas yang dialami oleh setiap penulis dari kegagalan dan kehidupan lingkungan yang keras.
Salam Bhineka Tunggal Ika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H