Generasi 90-an ke bawah pasti bersentuhan dengan alam pegunungan, keluar hutan masuk hutan untuk mencari kayu bakar, demi memancarkan api unggun di setiap tungku perumahan masyarakat kampung pedalaman.
Hidup di kampung yang belum punya listrik, kayu bakar adalah salah satu penerangan dan penghangat badan di saat hujan, malam hari dan kegiatan masak memasak.
Sebagai orang kampung yang pernah mengalami hal demikian, tentu ada kisah yang selalu terukir indah dalam setiap kalbu kita. Rasanya ingin mengulangi lagi kenangan terindah itu di kampung halaman tercinta.
Selama edisi 90-an, kami anak-anak dari negeri Timor biasanya menghabiskan hari-hari sepulang dari sekolah di hutan. Tujuan kami berkelana di tengah hutan adalah mencari kayu kering yang biasanya dipakai untuk keperluan masak-memasak.
Lebih lanjut saya menyebut kayu api. Kedengarannya kurang etis dan membingungkan bagi orang-orang kota. Karena secara logika, kayu kok ada apinya? Ya, itulah keunikan kami dari generasi 90-an negeri Timor.
Negeri Timor dikenal sebagai tanah yang kering, tandus dan hamparan batu karang yang selalu tajam dan meruncing membelah samudera lautan. Akan tetapi, kami bebas berkelana, dari satu pegunungan menuju pegunungan yang lain, dari satu pantai, berpindah ke pantai selanjutnya, dari padang sabana yang satu, menuju sabana yang lebih luas, sejauh mata memandang.
Terkadang ada anekdot atau kisah humoris dari kami anak-anak negeri Timor di tengah hutan belantara. Anekdota yang tak dilupakan adalah memanjat pohon demi mencari ranting yang kering.
Meskipun terkadang, sadar atau tidak sadar, kepeleset lalu jatuh dari pohon yang menjulang tinggi. Sebagian mengalami patah tulang, meninggal dan cidera yang memaksa isi dompet keluarga untuk berobat.
Sebelum pergi ke rumah sakit, masih ada sumpah serapah yang keluar dari mulut seorang ayah. Tega ya, berani-beraninya seorang anak yang dalam keadaan terluka parah, masih ada celoteh dari seorang ayah. Ya, tapi itulah ciri khas yang kami alami di negeri Timor.
Setelah keluar dari rumah sakit, bukannya kami berhenti dan menikmati istirahat yang panjang. Melainkan kami pun kembali berjibaku di tengah hutan untuk mencari kayu api.