Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tren Jomlo Generasi Milenial Kota Metropolitan

20 Mei 2021   22:25 Diperbarui: 21 Mei 2021   01:18 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren jomblo generasi milenial kota metropolitan.Sehatq.com

Jika kita ingin berkencan ataupun membutuhkan teman curhat, tinggal kita mencari di tempat-tempat penyedia teman curhat. Untuk itu, sebelum menghakimi saya, alangkah sebaiknya baca artikel ini hingga akhir. Biar jangan salah kaprah tentang tempat penyedia teman curhat yang dalam pola pikir budaya kita adalah PSK.

Sisi positif dari generasi milenial untuk menjomblo dan mengejar karir adalah mengekang laju pertumbuhan penduduk negara kita.

Sementara sisi negatifnya adalah adanya kecemasan beberapa tahun bahkan puluhan tahun mendatang, negara kita akan memasuki krisis kemanusian. Di mana jumlah penduduk laki-laki ataupun perempuan akan berkurang.

Seirama negara-negara bekas Uni Sovyet, Rusia, dkk yang hingga saat ini laju pertumbuhan perempuan 10:1 dengan laki-laki. Akibatnya banyak perempuan Rusia dan bekas negara Sovyet yang krisis laki-laki.

Saya tahu ide saya memang tak berlogika bagi sebagian orang. Karena saya dianggap berbicara sesuatu yang absurd (tidak  ada jawabannya). Namun, realita generasi kita sekarang sudah memasuki tahap menjomblo dan memilih mengejar karir, ketimbang berurusan dengan pasangannya.

Jika tak salah, salah satu negara maju dari benua Asia, Jepang juga sementara memasuki fase dilematis. Gegara tuntutan kerja dan kehidupan individualis, memantik krisis angka pertumbuhan penduduknya.

Ya, mudah-mudahan opini saya ini tidak menjadi kenyataan di kemudian hari. Karena opini belum tentu sama dengan artikel ilmiah yang disesaki dengan data. Mengingat segala sesuatu di zaman edan ini tanpa data, dianggap sampah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun