Semakin kita memiliki banyak barang, kadar kebahagiaan kita pun seharusnya bertambah, bukannya berkurang dan menyiksa.
Andaikan takaran kebahagiaan bisa diukur dengan kelebihan barang, setiap orang akan merasa puas dan bahagia dengan dirinya sendiri. Akan tetapi, semakin kita berusaha untuk memenuhi keinginan kita, semakin kita tersiksa untuk mengelola barang-barang tersebut.
Lantas, apa itu kebahagiaan?
Berbicara mengenai kebahagiaan, setiap orang punya takaran tertentu. Mari kita melihat kebahagiaan dari ajaran Filsuf Plato dalam Etika Nicomachea," tujuan tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan."
Separuh hidup kita dihabiskan untuk mencari kebahagiaan. Bejibun cara dan jalan telah kita lalui untuk mencari kebahagiaan. Namun, kita pun tidak pernah menemukan kebahagiaan itu sendiri.
Di manakah letak kebahagiaan?
Sebagai manusia, kita tidak pernah tahu letak kebahagiaan itu terletak di mana? Antara kebahagiaan dan kesenangan sesaat hampir berjalan beriringan. Dan terkadang mengaburkan padangan mata kita. Gegara, kita selalu merasa sulit untuk memilih antara keinginan dan kebutuhan.
Keinginan dan kebutuhan adalah bagian dari sifat alamiah kita. Sejak kita dilahirkan, keinginan dan kebutuhan akan segala sesuatu sudah kita warisi dari keluarga kita.
Kesimpulan sementara adalah tidak ada barang yang benar-benar memuaskan dahaga kita.
Mengapa kita selalu berambisi untuk memiliki banyak barang?