Selamat merayakan Hari Idul Fitri 1442 H dan Kenaikan Isa Almasih bagi kita semua. Mohon maaf lahir dan batin.
Momentum hari Kemenangan kita sudah merayakannya pada hari ini. Tugas dan tanggung jawab kita masih panjang, terkait Pandemi. Rahim Pandemi telah mengaburkan cita-cita, harapan dan rencana-rencana kita yang sudah dibangun sejak tahun 2020.
Setahun lebih kita berjuang untuk keluar dari Pandemi. Akan tetapi, semakin kita berjuang, rasanya kita semakin mentok dan terjebak di tempat. Gegara kita saling menyebarkan hoaks, kebencian dan permusuhan antar umat beragama, demi segelintir orang yang ingin menduduki posisi tertentu di ruang Publik.
Kenaikan Isa Almasih membawa harapan dan secuil rasa optimis kepada kita semua. Terutama kita dibebaskan dari rahim Pandemi. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah saling memaafkan antar satu dan yang lain.
Misi kemanusiaan lebih penting, daripada kepentingan ideologi tertentu. Belajar dari pengalaman setahun yang sudah berlalu, kita diajak untuk saling memahami antar satu dan yang lain. Apalagi bangsa kita kaya akan suku, ras, budaya dan bahasa daerah sangat riskan terhadap perpecahan.
Untuk menghancurkan keharmonisan kita, bangsa lain tak perlu menggunakan jalur kekerasan. Melainkan melalui jalur propaganda. Propaganda dalam bidang apapun. Lebih sadisnya bila bangsa asing menggunakan jalur SARA.
Untuk menghindari perpecahan antar saudara sebangsa dan setanah air, kita perlu berbenah dan menggunakan spirit kemanusiaan. Karena setiap agama itu mengajarkan tentang kebaikan. Yang salah menafsirkan adalah mereka yang pemahaman masih sempit akan indahnya kebersamaan di tengah budaya dan kepercayaan lain.
Kehidupan dikatakan berwarna bila kita menghargai perbedaan. Sebagai bangsa yang dikenal oleh dunia sebagai bangsa religius, sudah semestinya kita memperkuat barisan untuk melawan segala macam propaganda dari luar.
Salah satu jalur yang tepat untuk tetap merawat perbedaan adalah memverifikasi pemberitaan di media massa. Karena perpecahan itu berawal dari provokasi di media massa.
Selain itu, kita juga harus menghindari orang-orang yang selama ini menggunakan suara orang lain untuk berteriak di ruang publik (Demagogi). Ketika kita masuk dan terjerumus ke dalam permainan mereka, kitalah yang menjadi orang dungu. Padahal Sang Khalik telah memberikan akal budi kepada kita.
Hari ini kita merayakan Kemenangan secara spiritual. Perjuangan kita masih panjang dan butuh kerjasama antar semua elemen untuk keluar dari rahim Pandemi. Tentu kita tidak bisa melawan hukum semesta. Akan tetapi, seenggaknya kita pun belajar untuk lebih menahan ego dan mematuhi prokes, demi memutus rantai Pandemi.
Kesehatan diri kita adalah kesehatan keluarga dan bangsa Indonesia. Kesenangan dan kebahagiaan kita adalah kebahagiaan bangsa Indonesia.
Terakhir saya menyampaikan mohon maaf lahir dan batin. Selamat berbahagia bersama keluarga tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H