Kekayaan alam Indonesia membangkitkan superego bangsa-bangsa Eropa untuk menguasai seutuhnya. Mereka menjadikan Wonderful Indonesia di balik Candi Borobudur untuk menggaet hati dan perhatian bangsa kita.
Perlahahan-lahan mereka masuk ke bumi Indonesia melalui Candi Borobudur. Awalnya kehadiran mereka disambut baik bak pahlawan yang akan menyelamatkan bangsa Indonesia dari perang antar kerajaan zaman itu.
Pro kontra pun tercipta. Akan tetapi, taktik inteligensi tinggi yang di bawa oleh bangsa Eropa mampu mengaburkan mata batin bangsa kita.
Komunikasi sebagai sarana propaganda. Melalui bidang komunikasi, mereka merasuki perhatian bangsa Indonesia dengan bejibun alat musik yang dibawa oleh para seniman mereka.
Komunikasi dan kesenian berjalan beriring untuk menutupi rencana jahat mereka. Namun, sebagai bangsa yang kala itu masih berpikiran primitif, nenek moyang bangsa kita dibutakan oleh tipu muslihat bangsa asing. Akibatnya kita semakin diperdayai oleh mereka.
Borobudur Pusat Musik Dunia. Borobudur identik dengan ilmu kesenian tingkat tinggi dari nenek moyang kita. Bangsa Eropa melihat ada potensi yang bisa dimanfaatkan dengan jalan kesenian.
Mereka hadir membawa harmonisasi musik tradisional mereka. Nenek moyang kita bergembira menyambut mereka. Kolaborasi di antara bidang kesenian melahirkan melodi yang menggetarkan jiwa, sekaligus cela untuk mereka melebarkan sayap menuju kekayaan alam nusantara.
Kekayaan alam nusantara terbentang dari Sabang hingga Merauke. Siapa pun pasti berambisi untuk menguasainya. Apalagi Wonderful Indonesia ini memberikan suaka atau penghidupan masa depan yang pasti dari bidang apapun.
Misalnya bangsa Belanda kala itu masih berjuang untuk menguasai pasar rempah-rempah di Spanyol dari bangsa Portugal.
Setelah melalui berbagai referensi, mereka menemukan sumber rempah-rempah itu sendiri yakni bumi nusantara. Cornelis De Houtman memimpin armada pasukannya untuk menjelajahi nusantara.
Akhirnya mereka sampai di bumi nusantara. Tujuan kedatangan mereka bukan membawa misi kemanusiaan, melainkan ingin menguasai bumi Indonesia sepenuhnya.
Seiring dengan bergulirnya mesin waktu, persaingan pasar rempah-rempah di Eropa dikuasai oleh bangsa Belanda yang semula dianggap sebagai negara kecil di bumi Eropa.
Ketika kita masuk dan menggunakan logika nenek moyang kita zaman lampau, tentunya kita pun pasti terjerumus ke dalam tipu muslihat bangsa asing. Akan tetapi, seenggaknya melalui pengalaman itu, kehadiaran Sound of Borobudur dewasa ini menjadi ajang pembelajaran bagi kita untuk lebih jernih melihat dunia.
Sound of Borobudur merupakan mediasi bagi kita untuk melihat segala sesuatu dari kaca mata yang berbeda. Segala macam tawaran kerjasama dalam bidang kesenian itu harus diseleksi dengan jernih. Agar kita tidak kecolongan lagi oleh kepentingan bangsa asing di bumi nusantara.
Cukup yang merasakan kebodohan adalah nenek moyang kita! Sedangkan kita harus lebih jernih dan peka dalam menyaring segala macam bentuk kerjasama.
Kendati kita dituntut untuk menggunakan rasional, bukan berarti kita melupakan kemanusiaan itu sendiri. Kerjasama dalam bidang kesenian, teknologi dan ilmu pengetahuan antar negara adalah hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara saat ini.
Akan tetapi kita pun harus memiliki jiwa penyaringan untuk mengadakan kerjasama. Tujuannya kita tidak mudah diretas dengan sistem teknologi tinggi bangsa asing. Untuk itu, generasi penerus bangsa harus lebih pandai dalam bidang teknologi.
Kepiawian dalam bidang teknologi mampu melahirkan individu-individu yang mumpuni dalam bidang Cyber. Karena penjajahan sekarang bukan menggunakan jalur kekerasan. Melainkan melalui bidang teknologi.
Sound of Borobudur sebagai momentum yang tepat bagi kita untuk meningkatkan pengetahuan kita di bidang kesenian, humanistik, teknologi, sosio dan politik.
Izinkan saya untuk mengutip Lagu Indonesia Pusaka
Ciptaan: Ismail Marzuki
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Reff:
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya
Reff:
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi
Jakarta, 13 Mei 2021
Frederikus Suni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H