Akhirnya mereka sampai di bumi nusantara. Tujuan kedatangan mereka bukan membawa misi kemanusiaan, melainkan ingin menguasai bumi Indonesia sepenuhnya.
Seiring dengan bergulirnya mesin waktu, persaingan pasar rempah-rempah di Eropa dikuasai oleh bangsa Belanda yang semula dianggap sebagai negara kecil di bumi Eropa.
Ketika kita masuk dan menggunakan logika nenek moyang kita zaman lampau, tentunya kita pun pasti terjerumus ke dalam tipu muslihat bangsa asing. Akan tetapi, seenggaknya melalui pengalaman itu, kehadiaran Sound of Borobudur dewasa ini menjadi ajang pembelajaran bagi kita untuk lebih jernih melihat dunia.
Sound of Borobudur merupakan mediasi bagi kita untuk melihat segala sesuatu dari kaca mata yang berbeda. Segala macam tawaran kerjasama dalam bidang kesenian itu harus diseleksi dengan jernih. Agar kita tidak kecolongan lagi oleh kepentingan bangsa asing di bumi nusantara.
Cukup yang merasakan kebodohan adalah nenek moyang kita! Sedangkan kita harus lebih jernih dan peka dalam menyaring segala macam bentuk kerjasama.
Kendati kita dituntut untuk menggunakan rasional, bukan berarti kita melupakan kemanusiaan itu sendiri. Kerjasama dalam bidang kesenian, teknologi dan ilmu pengetahuan antar negara adalah hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara saat ini.
Akan tetapi kita pun harus memiliki jiwa penyaringan untuk mengadakan kerjasama. Tujuannya kita tidak mudah diretas dengan sistem teknologi tinggi bangsa asing. Untuk itu, generasi penerus bangsa harus lebih pandai dalam bidang teknologi.
Kepiawian dalam bidang teknologi mampu melahirkan individu-individu yang mumpuni dalam bidang Cyber. Karena penjajahan sekarang bukan menggunakan jalur kekerasan. Melainkan melalui bidang teknologi.
Sound of Borobudur sebagai momentum yang tepat bagi kita untuk meningkatkan pengetahuan kita di bidang kesenian, humanistik, teknologi, sosio dan politik.
Izinkan saya untuk mengutip Lagu Indonesia Pusaka
Ciptaan: Ismail Marzuki