Seorang pekerja atau pemahat pada zaman lampau dengan telaten mengabadikan jasanya dalam bentuk ukiran relief. Di antara relief ada alat musik yakni tiup, membran, petik dan pukul.
Totalitas dan kecintaan para seniman, buruh, arsitektur dan semua orang yang terlibat dalam mendirikan Candi Borobudur hingga saat ini kita tak mampu membayar jasa mereka. Yang bisa kita lakukan hanyalah mendoakan arwah mereka.
Kebaikan dan kecintaan mereka untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia, terutama generasi penerus patut diapresiasi oleh semua orang. Candi Borobudur bukan terkait agama tertentu, melainkan di sanalah kita mendapatkan nilai-nilai kemanusiaan.
Nilai kemanusiaan itulah yang paling utama daripada kepentingan apapun. Sound of Borobudur selalu hadir menemani setiap generasi bangsa.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan jejak tapak para pahlawannya. Kemajuan bidang kesenian bangsa kita saat ini tidak terlepas dari seniman dari nenek moyang kita.
Sebagai aksi nyata, kita diajak untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam bidang seni. Karena melalui seni semua orang menjadi satu entitas yang tak pernah direduksi dengan bejibun kepentingan golongan tertentu.
Terakhir, Sound of Borobudur, Borobudur Pusat Musik Dunia dan Wonderful Indonesia merupakan slogan bagi kita untuk kembali merajut persatuan bangsa yang sempat terpecah. Gegara kepentingan dalam pemilihan apapun.
Sekarang kita semua bersatu menggaungkan Sound of Borobudur mulai dari pelosok negeri hingga mancanegara. Tujuannya adalah kematian nurani bangsa selama ini, kembali diperbaharui untuk menatap hari esok dan lusa dalam terang humanisme.
Jakarta,13 Mei 2021
Frederikus Suni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H