Kita menulis politik bukan untuk saling menyudutkan antar satu dan lainnya. Namun sebagai alarm untuk selalu mawas diri dalam menunaikan visi dan misi yang dijanjikan oleh penguasa kepada rakyat.
Saya pribadi sih oke-oke saja bila ada yang menulis politik. Karena kekuasaan tertinggi satu bangsa berada di tangan rakyat. Dari rakyak dan kembali kepada rakyat. Berbicara saja tak akan didengar oleh pemimpin dan dianggap sebagai angin lewat. Akan tetapi, melalui tulisan pesan kita akan didengar oleh seorang pemimpin untuk selalu mengontrol dirinya.
Dudung Pangdam Jaya mengatakan," untuk mengetahui keaslian orang, beri dia jabatan. Di situlah keasliannya akan muncul." Maka, politik yang merupakan turunan dari ilmu filsafat hadir sebagai jalan pengingat bagi setiap pemimpin.
Terakhir, ayahku berpesan bahwasannya teruslah menulis apapun. Yang terpenting berlandaskan pada kemanusiaan. Hipotesanya berarti saya dan siapapun tak salah untuk menulis politik. Â Karena politik adalah bagian dari medium diplomasi dan negosiasi dalam satu bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H