Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Gerakan Literasi Nasional Provinsi NTT

1 Mei 2021   07:59 Diperbarui: 1 Mei 2021   08:05 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


2. Lestarikan Bahasa Daerah


Bahasa ibu atau bahasa daerah merupakan langkah awal bagi setiap orang untuk mengenal dunia yang lebih kompleks.


Apapun pencapaian kita saat ini tidak terlepas dari bahasa daerah. Dari bahasa daerah, kita belajar untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terutama saudara-saudari yang berasal dari daerah NTT.


Berada di tanah rantau, ketika kita mendengar orang lain berbicara bahasa daerah, kita pun merasakan kebahagiaan. Karena ikatan emosional yang berasal dari satu daerah, membawa kita untuk kembali bernostalgia akan masa kecil di kampung halaman. Selain itu, kita selalu merasa dekat dengan daerah sendiri, walaupun secara konteks geografi, kita sementara berada di tanah rantau.


Saya sangat setuju dengan tema "Lestarikan Bahasa Daerah." Alasannya adalah semakin orang berpendidikan tinggi, potensi untuk melupakan bahasa ibu/daerah semakin besar. Gegara gengsi.


Selama di tanah rantau, saya kerap mengamati saudara-saudari saya yang berasal dari Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sungkan untuk berbicara bahasa daerah. Bahkan lebih sadisnya, ada yang merasa minder untuk berbicara bahasa daerah, tatkala bersua sesama biologisnya.


Memang saya memahami alasan mereka untuk tidak berbicara bahasa daerah di tempat umum, karena ada bahasa Indonesia. Namun, lebih jauh daripada  itu adalah mereka serasa kehilangan "common sense" atau akal sehat.


Latar belakang pendidikan setinggi apapun, tidak mengerus atau mengikis bahasa ibu kita. Karena bangsa yang kuat adalah bangsa yang menghargai budaya dari mana ia berasal.

3. Kuasai Bahasa Asing


Bila kita tidak menguasai bahasa asing, kita pun akan ketinggalan informasi yang sangat bermanfaat bagi pengetahuan kita. Bahasa asing adalah pintu awal untuk membangun relasi dengan bangsa lain. Mengetahui bahasa asing adalah jalan untuk menajamkan diri sebagai petarung. Seirama ungkapan filosofi Jepang di awal artikel ini.


Salah satu artis Internasional tanah air yakni Anggun C. Sasmi adalah panutan bagi saya. Meskipun ia sangat pandai bahasa asing (Prancis dan Inggris), namun tatkala ia tampil sebagai juri ajang pencarian bakat tanah air, ia selalu berbicara bahasa Indonesia dengan jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun