Terbentuknya kelompok kecil di masa sekolah atau yang disebut "Geng Sekolah" adalah bagian dari pencarian akan jati diri.
Memasuki usia remaja menuju  tahap dewasa awal, setiap orang akan dihadapkan pada banyak hal. Di antaranya adalah perkembangan hormon, pencarian minat dan bakat, maka lahirlah kelompok kecil.
Terbentuknya Geng Sekolah bukan untuk sok-sokan, melainkan representasi atau perwakilan dari kesamaan minat dan bakat. Adanya chemestry antara si A dan B lalu C, dst.
Chemestry yang sudah terjalin dalam lingkaran Geng Sekolah sulit untuk dipisahkan oleh siapapun. Karena antara A,B dan C selalu memahami baik dan buruknya antar pribadi.
Tak jarang, si A,B dan C lebih menghabiskan hari-harinya sepulang sekolah bersama kelompoknya. Karena di sanalah mereka mendapatkan kemerdekaan yang tak bisa didapatkan di tempat lain.
Representasi atau perwakilan di balik Geng Sekolah membawa persahabatan di antara mereka. Relasi yang mereka bangun akan selalu terkenang, walaupun di antara mereka sudah berada di tempat lain.
Perpisahan jarak, tak melunturkan semangat persaudaraan di antara mereka. Karena koneksi yang mereka bangun selama tiga bahkan ada yang hingga 12 tahun selama di bangku pendidikan sudah berakar kuat dalam setiap pribadi.
Adapun kelemahan dari Geng Sekolah yakni kefanatikan. Tatkala ada anggota baru yang pingin bergabung, mereka akan mendikte bahkan mendiskriminasi orang yang bersangkutan. Gegara tiadanya kecocokan minat. Tetapi ngotot untuk bergabung.
Geng Sekolah juga terkadang sangat meresahkan guru-guru. Karena untuk menghadapi karakter kelompok kecil ini yang masih labil dalam emosi, terkadang memicu adrenalin tenaga pendidik untuk naik pitam
Geng Sekolah ini akan semakin fanatik dalam segala hal. Bisa ditelusuri dari tauran antar sekolah. Penyebabnya adalah ulah dari salah satu kelompok kecil ini. Akibatnya sekolah mereka juga akan terseret nama baiknya.
Nah untuk meredam kefanatikan dari kelompok kecil ini, berikut adalah tips yang saya tawarkan bagi siapapun.
*Berpikir dari sudut pandang mereka
Nyemplung dengan cara pandang kelompok kecil ini adalah hal yang paling efektif. Ibarat kita  sedang wawancara seseorang, tentunya hal yang kita butuhkan adalah membicarakan hobi mereka.
Bila mereka hobi nonton bola, kita pun bisa menceritakan kehebatan Ozzy di lapangan hijau. Sejak kapan Ozzy bermain bola? Siapakah idola Ozzy di lapangan hijau? Kenapa Ozzy bisa menekuni sepak bola? Bagaimana perasaan Ozzy yang masih jomblo?
Yakin dan percayalah, teknik ini akan menjinakan mereka. Dari sana, kita mulai menggiring mereka untuk bersikap lebih terbuka dengan orang lain. Bila mereka sudah sreg dengan kita, apapun akan diceritakan. Dan mereka akan mengikuti permainan kita.
Begitulah teknik yang diajarkan oleh Kang Pepih Nugraha, sewaktu saya menimba ilmu Jurnalistik di Arkademi.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H