Bangsa yang kuat dan maju adalah bangsa yang tak pernah melupakan jejak tapaknya. Jejak tapak kemarin akan selalu dikenang oleh generasi mendatang, bila hari ini, esok dan lusa kita lebih peduli untuk mencintai dan melestarikan kembali alat musik tradisional kita.
Memang tantangan untuk melestarikan alat musik tradisional di tengah banjirnya alat musik modern zaman digital, perlahan-lahan, namu pasti akan mengikis dan melenyapkan alat musik tradisional kita. Beruntung kita masih selalu merayakan "Sound of Borobudur" setiap tahun. Karena dari sanalah mengalir deras hati, pikiran setiap orang untuk kembali mengingat sejarah.
Ir. Soekarno," Jas Merah: jangan sekali-kali melupakan sejarah." Ungkapan Soekarno bertalian erat dengan sejarah "Sound of Borobudur." Bersenandung di balik indah dan merdunya petikan alat musik tradisional, membawa kenikmatan dan menerbangkan angan kita kembali ke zaman dulu.
Terakhir, "Sound of Borobudur" sebagai representasi kehampaan jiwa di balik alat musik.
"Borobudur Pusat Musik Dunia" mengajak kita untuk kembali kepada sejarah alat musik tradisional kita.
"Wonderful Indonesia" sebagai rasa syukur dan tanggung jawab kita sebagai generasi sekarang untuk tetap mencintai dan merawat alat musik tradisional kita, terutama yang berada di balik ukiran relief Candi Borobudur.
Jangan menyerah untuk melestarikan budaya alat musik tardisional kita. Karena jejak tapak kita hanya bisa ditemui dalam ukiran seni musik. Bersama seni musik, kita pun memperoleh kemerdekaan batin, jiwa dan pikiran. Mari dan terus bersenandung di balik "Sound of Borobudur."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H