Tatkala hati disesaki dengan keresahan, tangisan serta masalah-masalah sosio-politik-ekonomi, larilah ke alunan instrumen alat musik petik, tiup, pukul dan membran. Karena di sanalah, kita akan menemukan gudang inspirasi dan ketentraman jiwa.
Sound of Borobudur sebagai representasi atau perwakilan dari kehampaan jiwa. Jiwa yang hampa menyebabkan kekacauan (Chaos). Akibatnya akal sehat (Common Sense) tak dipakai dengan bijak. Ibarat hati yang hancur berkeping-keping karena luka.
Anthon Chekhov,"Jangan beritahu aku tentang bulan yang sedang bersinar, tetapi tunjukkanlah kepadaku serpihan cahaya dari kaca yang pecah.
Sound of Borobudur ibarat serpihan surga kecil yang ada di balik relief Candi Borobur. Kekayaan alat musik dunia bertautan erat dengan tangan-tangan telaten yang telah mengabadikannya di setiap relief Candi Borobudur.
Borobudur Pusat Musik Dunia." Alasannya adalah lebih dari 200 relief alat musik yang terdapat di 40 panil, serta menonjolkan lebih dari 60 jenis instrumen alat musik, yakni membran, petik, tiup dan pukul.
"
Mutira-mutiara berharga yang terdapat di balik relief Candi Borobur membuka mata global untuk berpaling ke bumi pertiwi. Inilah yang disebut sebagai "Wonderful Indonesia."
"Wonderful Indonesia." Keindahan bumi pertiwi dari sejak zaman nenek moyang kita sudah menjadi magnetik bagi dunia global. Potensi kekayaan ini yang menjadi nilai bersejarah di balik relief Candi Borobudur.
Nilai-nilai sejarah peradaban global, terutama alat musik mendorong UNESCO untuk menetapkan Candi Borobur sebagai warisan dunia tahun 1991.
Sebagai rakyat Indonesia, kita harus bangga akan pencapaian ini. Karena tidak semua bangsa bisa mendapatkan penghargaan itu. Di balik penghargaan UNESCO, ada tugas dan tanggung jawab yang diletakkan di atas bahu kita semua, yakni tetap menjaga dan merawat ratusan alat musik yang terdapat di relief Candi Borobudur.
Sebagai bentuk partisipasi kita untuk melestarikan warisan dunia di balik relief Candi Borobur, maka tercetuslah ide "Sound of Borobudur," bagi generasi bangsa untuk lebih mencintai kebudayaan alat musik tradisional kita.
"Sound of Borobudur," bukan semata-mata slogan untuk mengadakan konser besar-besaran. Melainkan sebagai sarana untuk membunyikan kembali alat musik yang terdapat di setiap ukiran relief Candi Borobudur, yakni tiup, petik, pukul dan membran.