Perpaduan melodi dalam irama musik sangat menentraman jiwa. Siapapun akan berhenti sejenak, sembari menikmati alunan musik di tengah hiruk-pikuk kehidupan.
"Borobudur Pusat Musik Dunia" bukan semata-mata hanyalah slogan untuk membangkitkan memori akan kejayaan nusantara dalam sistem kerajaan zaman dulu. Melainkan ini murni dan nyata ditemukan dalam setiap tarikan pahat yang disematkan oleh para pelukis alat musik di setiap relief Candi Borobudur.
Candi Borobudur yang bertemakan alat musik lebih dari 200 relief yang berada di 40 panil, dan menampilkan lebih dari 60 jenis instrumen alat musik, yaitu alat musik petik, tiup, pukul, dan membran.
Kekayaan instrumen alat musik yang terdapat pada setiap relief Candi Borobudur melambangkan kejayaan dan keindahan indonesia "Wonderful Indonesia."
Wonderful Indonesia mengajak kita untuk melihat kembali ke zaman abad ke-8. Di mana sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, memicu bangsa-bangsa asing untuk berbondong-bondong datang dan menikmati hasil kekayaan kita.
Kedatangan mereka membawa percampuran budaya, alat musik yang bisa kita temukan di setiap relief Candi Borobur. Untuk mengabadikan ratusan jenis alat musik itu, para pelukis atau seniman mengabadikannya dalam tarikan pahat, kuas dalam kemasan jiwa yang menentraman.
Melalui seni musik setiap orang bersenandung dengan perasaannya. Di balik melodi intrumens alat musik petik, tiup, pukul dan membran semua orang menjadi satu kesatuan. Mereka terlena, tatkala mendengar bunyi yang bertalian erat dengan jiwa sang pemain alat musik sendiri.
Hati menjadi damai, tenang dan inspirasi pun bermunculan di dalam benak pikiran setiap orang pada zaman itu.
Sejarah pertukaran budaya, penyatuan ras, suku, terukir indah dengan ratusan alat musik yang terdapat di relief Candi Borobudur.
Melalui seni musik semua orang tidak mengenal kawan dan lawan. Melainkan semua orang menjadi sahabat sejati. Keindahan di balik seni musik, membawa kenikmatan dalam mengolah rasa, pikiran di setiap kondisi.
Filsuf Arthur Schopenhauer mengatakan bahwa musik itu sebagai obat penyembuh bagi penderitaan manusia.
Tak bisa dipungkiri bahwasan rakyat kita menderita fisik, emosional, finansial pada abad ke-8. Untuk sekadar melupakan penderitaan itu, seni musik dijadikan sebagai pelarian sesaat dari kondisi dan tubuh yang dirundung derita.
Derita rakyat Indonesia hanya bisa diobati dengan seni musik. Melalui seni musik, hati, jiwa dan pikiran akan disatukan dalam semangat menjalani kehidupan.
"Sound of Borobudur" selalu hadir dan membangkitkan memori kita akan kejayaan seni musik abad pertengahan. Selain itu, sebagai ajang penghargaan kepada para pahlawan bangsa yang telah berjuang untuk mengukirkan nama mereka setinggi bintang di langit.
Sound of Borobudur sebagai gerakan untuk membunyikan kembali alat musik yang terpatri indah dan rapi di setiap ukiran relief Candi Borobudur.
Sound of Borobudur menjadi kekuatan bagi kita untuk lebih menghargai musik tradisional. Karena penghargaan terhadap seni musik tradisional melambangkan kecintaan kita akan budaya bangsa kita sendiri.
Melalui seni musik emosi kita serasa dicabik-cabik, didorong dan selalu membangkitkan adrenalin kita untuk terus menghargai kehidupan. Terutama menghargai peninggalan-peninggalan kebudayaan kita dalam seni musik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H