Zidane merupakan pelatih hebat. Ia tahu menempatkan pemain sesuai dengan porsinya.
Pelatih yang tak banyak bicara. Melainkan ia banyak mengamati apa yang terjadi di ruang ganti pemain. Dari sana ia menakar dan menilai dengan suara hatinya. Ia menempatkan pemain secara adil dan merata.
Sosok pelatih yang penuh wibawa. Ia tahu kapan bersantai dan kapan harus serius. Kehadirannya di lapangan hijau memberikan nuansa yang berbeda. Di balik diam dan tatapan dingin, ia bisa membaca kemauan pemainnya.
Bukti dari kewibawaannya bisa dilihat dari grafik atau kemenangan timnya secara beruntun di La Liga dan Liga Champions Eropa musim ini.
Bahkan kemenangan dini hari tadi memberikan peluang besar bagi timnya untuk merengkuh si kuping besar yang sudah lama hilang dari kota Madrid.
Pembawaan yang bersahaja, tak banyak bicara, lebih banyak mendengar, dan memikirkan kemajuan timnya di kancah global adalah keunikan dari sosok pelatih Zidane.
Pria berkepala botak yang sangat peka dan jeli dalam membaca peluang. Apa yang ia lakukan kepada anak asuhnya adalah bagian dari kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional tak perlu banyak berteori. Cukup menahan ego dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh anak asuhnya.
Ia memberikan totalitas sebagai pemimpin yang melayani bukan untuk dilayani. Hasilnya kemenangan demi kemenangan ia persembahkan untuk fans dan pemilik klub Real Madrid.
Ruang ganti Real Madrid sebelum kedatangan Zidane menjadi kacau dan terjadi perang saudara di sana. Tapi, berkat kecerdasan emosionalnya, perlahan-lahan ia menyulap amarah pemain dan menstransfernya dalam bentuk ambisi untuk memberikan yang terbaik bagi timnya.
Kecerdasan emosional yang dimiliki oleh Zidane ditransformasikan kepada Benzema dkk. Bukan hanya di lapangan hijau. Melainkan energi positif itu ia tularkan kepada semua orang yang berada di dekatnya.
Kreasi dan nilai estetik yang diperagakan oleh anak asuh Zidane saat bersentuhan dengan si kulit bundar, memberikan sentuhan rasa yang dikemas dengan racikan emosional yang matang dari anak asuhnya.
Pria botak yang tahu mana yang terbaik dan mana yang harus di cut dalam setiap momen. Ia menjadikan setiap momen sebagai ajang berharga demi terciptanya sejarah di di waktu yang akan datang.
Belajar dari Zidane, saya bertekad untuk menambah skill mengolah psiko emosional demi kebahagiaan saya sendiri. Karena kebahagiaan saya adalah kebahagiaan setiap orang.
Dari diri sendiri, melalui kematangan emosional dalam setiap situasi, membuka jalan untuk berelasi dengan semua orang, tanpa memandang latar belakang apapun.
Akhirnya, kematangan emosional akan berdampak pada semua orang yang selalu berada di sekiar kita. Lebih baik menularkan energi positif. Daripada menebarkan energi negatif yang akan menghancurkan diri sendiri dan semua orang.
Selamat menjalani masa puasa saudara-saudariku umat Muslim di manapun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI