Segala sesuatu bisa dipelajari secara otodidak di internet. Tetapi intuisi untuk menghargai privasi sesama tak ada di dalam internet.
Hidup di zaman edan seperti sekarang, mendorong setiap orang untuk mengeksploitasi dirinya ke hadapan publik. Seolah-olah dunia mayapada adalah jalan satu-satunya untuk kembali pada jalan kebenaran.
Kaya ilmu dan segalanya, tapi miskin intuisi adalah neraka bagi setiap orang. Selama bulan Ramadan saya kembali untuk berbenah diri. Sembari melihat kembali perjalanan hidup saya ke belakang.
Rasa penyesalan baru ada sekarang. Di mana melalui cara hidup saya yang blak-blakan, tanpa sengaja melukai sesama melalui bahasa-bahasa non verbal kepada sesama.
Privasi orang lain yang dipercayakan kepada saya, terkadang saya bisa menceritakannya kepada orang lain. Memang mulut ini tidak bisa diam.
Sebelum mengenal media sosial, saya tak pernah bertindak sejauh ini. Tetapi setelah mengenal dunia mayapada, cara hidup saya semakin hari semakin dikikis oleh superioritas di media sosial.
Bermedia sosial yang bijak dan arif adalah hal yang paling sulit saya pelajari. Ilmu pengetahuan apa saja bisa saya pelajari. Namun, saya tidak bisa mempelajari kelemahan saya sendiri. Karena pada dasarnya, saya dan mungkin anda tidak mengakui kelemahan dari diri kita.
Apa yang kita tonjolkan kepada media itu adalah keangkuhan dari diri kita. Seolah-olah dunia mayapada adalah produk dari nenek moyang kita. Tiada seorang pun yang bisa menghentikan cara hidup yang sudah menyimpang jauh dari asas kemanusiaan. Selain diri kita sendiri.
Bulan Ramadan kembali hadir dan menyapa kita semua. Meskipun saya bukan seorang Muslim, tetapi saya memaknai bulan Ramadan sebagai jalan untuk memperbaharui diri.
Memperbaharui diri dengan menajamkan intuisi dihadapan Sang Pencipta untuk menambahkan karunia rendah hati dalam diri saya.
Benih-benih kerendahan hati yang saya dapatkan dari hasil perenungan yang mendalam diharapkan akan mengubah hidup saya. Sekecil perubahan apapun yang ada dalam diri saya adalah karunia yang luar biasa.
Karena sesuatu yang besar diawali dari langkah kecil. Tak mungkin saya menerima tanggung jawab besar, bila saya sendiri tidak becus mengurusi diri sendiri.
Terkadang saya ingin menangis. Karena cara hidup yang solider, cinta dan perhatian dari ajaran orangtua, semakin menyusut beriringan dengan kontaminasi diri saya dalam dunia mayapada. (Fredy Suni).
Dunia mayapada telah mengasingkan diri saya dari lingkungan, sesama, alam dan diri sendiri. Akibatnya, saya tidak menghargai privasi orang lain.
Saya menjadikan privasi orang lain sebagai ajang untuk menebar rumor dan sensasi di dunia mayapada. Tatkala saya diberi komen dan like yang berjumlah ribuan, saya merasa berpuas diri. Sementara sesama ikut terluka atas apa yang saya lakukan di dunia mayapada.
Menarik tantangan yang diberikan oleh Tim Kompasiana di hari kedua ini yakni "Target Menambah Skill Selama Ramadan."
Saya pribadi memandang tema ini sebagai jalan perenungan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Memang saya tak mungkin kembali lagi ke masa lalu. Tapi, dari titik itu, saya belajar untuk menjadi lebih baik di waktu sekarang dan yang akan datang.
Setiap orang kan bebas memilih untuk menambah skill di bidang apa saja. Terutama di Bulan Ramadan. Karena pilihan itu bebas. Asalkan bertanggung jawab.
Saya memilih untuk menambah skill di bidang spiritual. Karena semakin hari saya semakin menjauh dari hadapan Sang Pencipta. Gegara keasyikan menikmati madu semu di dunia mayapada.
Menambah skill di bidang spiritual artinya menajamkan intuisi untuk peka dan simpati kepada sesama. Terutama menyangkut privasi orang lain. Karena semakin hari, rasanya setiap orang tidak memiliki ruang privasi untuk tinggal bersama dirinya sendiri.
Tinggal bersama diri sendiri terkesan mistis dan menakutkan. Ya, karena kesibukan kita di dunia mayapada, menyebabkan salah satu ruang di hati kita menjadi kosong. Kekosongan itu berhasil dihuni oleh kesenangan semu.
Untuk mengembalikan runag kosong di hati saya dan anda sekalian adalah hanya melalui relasi yang intens selama bulan Radan bersama Sang Pencipta.
Meditasi, kontemplasi, doa dan berpuasa adalah jalan untuk menajamkan intuisi. Intuisi yang baik akan membawa kita apada jalan terang, yakni mengharagi privasi sesama dalam kehidupan setiap hari.
Selamat menjalani bulan berkah ini saudara-saudariku yang merayakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H