Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kematian George Floyd dan Reputasi Hukum AS di Mata Global

1 April 2021   02:05 Diperbarui: 1 April 2021   02:35 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum di Amerika Serikat menjadi sorotan global. Kematian George Floyd memicu simpatisan global. Kini, semua mata tertuju pada keadilan yang berlaku di negara adikuasa AS.

Setiap warga negara, baik kulit Sao Matang, Gelap, Cokelat, Putih itu bukan pilihan. Karena saat kita dilahirkan, kita tak pernah memilih untuk dilahirkan dari mana dan latar belakang apapun.

Kematian George Floyd di salah satu toko bahan makanan menyimpan luka, amarah, dendam dan sangat menyayat hati. Bagaimana seorang petugas Polisi dengan ganas membunuh sesamanya!

Polisi selama ini dipandang sebagai sosok yang melindungi, mengayomi di dalam kehidupan bermasyarakat. Seketika berubah menjadi singa untuk sesamanya. Hanya karena George Floyd dianggap membayar dengan uang palsu seharga $20.

Lencana Kepolisian yang dikenakan oleh Derek Chauvin hanya terpaku memandangi George Floyd yang tidak bernyawa lagi di kakinya.

Berhenti untuk baca! Bayangkan bila kamu membunuh seseorang hanya karena masalah sepele, apa yang kamu rasakan setelah melihat sesamamu tergeletak di hadapan anda?

Sejenak merenung, Penulis melanjutkan kisah tragis kemanusiaan yang dialami oleh George Floyed. Pengadilan telah memeriksa rekaman CCTV George Floyd yang diambil tak lama sebelum kematiannya, saat persidangan mantan petugas Polisi Derek Chauvin memasuki hari ketiga.

Sebagai bukti simpati kepada George Floyd, karyawan toko Christopher Martin menjadi saksi terbaru. Ia mengatakan bahwa ia tidak bersalah. Karena ia juga merelakan gajinya dipotong daripada menghadapi Floyd. Tapi, akhirnya ia memberitahukan kepada pihak manajernya. Sementara karyawan yang lain memanggil Polisi.

Apa yang terjadi dengan kasus ini?

Senin waktu setempat, Jaksa Penuntut, Jerry Blackwell mengatakan bahwa Chauvin telah "menghianati lencananya"  dengan berlutut di leher Floyd, dan menggunakan " kekuasaan yang berlebihan dan tidak masuk akal" untuk menahannya.

Coba amati pernyataan ini, terasa ganjil dan aneh, bila rakyat minoritas atau kecil berhadapan dengan penguasa. Suara kita tidak akan didengar oleh penguasa. Mereka akan menggunakan berbagai teknik manipulasi tingkat dewa untuk memenangkan perkara.

Sementara itu, pengacara Mr Chauvin Eric Nelson mengatakan kasus itu tentang bukti, bukan tentang "alasan politik atau sosial". Dia mengatakan Floyd telah menelan obat-obatan pada saat penangkapannya "dalam upaya untuk menyembunyikannya dari polisi", dan menyatakan bahwa ini berkontribusi pada kematiannya. (BBC.Com).

Di hari Selasa, Pengadilan menghadirkan  4 saksi tapi tetap saja hasilnya tidak ada. Seorang saksi, Donald Williams II, yang terlatih dalam seni bela diri campuran, diinterogasi selama lebih dari satu jam oleh penuntut dan pembela pada hari Senin dan lagi pada hari Selasa. Dia mengatakan bahwa Chauvin telah menggunakan teknik berbahaya yang disebut "blood choke" dan menggerakkan lututnya maju mundur untuk meningkatkan tekanan pada punggung dan leher Floyd.

Kasus ini penting karena mencakup beberapa hal:

Kematian George Floyd sebagai kebrutalan Kepolisian terhadap minoritas, terutama orang berkulit berwarna.

Di AS Polisi tidak bisa dihukum saat mereka menjalankan tugas.

Tentu mata global masih menunggu putusan dari kasus ini. Terutama soal hukum keadilan yang berlaku di negara Amerika Serikat.

Bagaimana hukum berlaku, bila sistem sudah terkoneksi dan tidak bisa diganggu oleh siapapun! Selain itu, tindakan ini memicu protes global di manapun. Ada berbagai pejuang Hak Asasi Manusia dengan berbagai cara untuk menuntut keadilan bagi Chauvin.

Terakhirnya, bagaimana hukum yang berlaku di negara kita, terutama terhadap rakyat kecil dan seorang konglomerat atau pejabat publik?

Sampai pohon tomat berbuah pun yang salah dibenarkan. Yang benar disalahkan. Karena rakyat kecil tidak bisa berbuat banyak di dalam berhadapan dengan pejabat publik.

Mencintai semua orang dengan tulus. Segala atribut yang melekat dalam diri kita, hanyalah titipan sementara. Semoga kekerasan terhadap etnis minoritas di bangsa kita tidak ada lagi.

Penulis berspekulasi bahwa kejadian bom bunuh diri kemarin adalah bagian protes dari keadilan yang berat sebelah di dalam kehidupan berbangsa kita. Bisa juga, bom bunuh diri yang sekarang terjadi di negara kita adalah bagian dari protes atas kematian George Floyd. Dan sasaran utama ditujukan kepada aparat Kepolisian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun