3. Ajang Temu Keluarga
Manusia adalah makhluk pencari. Begitulah filosofi dawan yang masih relevan hingga saat ini. Sebagai mahkluk pencari, tentunya merantau adalah pilihan yang tepat bagi masyarakat Haumeni dalam mencari kehidupan dan kebahagiaannya di mana pun.
Pencarian akan kebahagiaan membawa setiap orang untuk menjelajahi nusantara. Bahkan ada yang mencari kehidupannya ke luar negeri.
Nah, untuk mengumpulkan anggota keluarga yang sudah lama berpisah, jalan satu-satunya adlaah melalui tradisi berkunjung ke Oe Leu atau sumber air suci. Karena di sana keluarga disatukan. Dari sana pula, harapan dan doa serta dukungan pun mengalir antar anggota keluarga.
Inilah hubungan emosional masyarakat Haumeni dengan alam. Di mana alam memiliki kedudukan yang tertinggi dalam tatanan kehidupan masyarakat Haumeni. Menghargai alam berarti menghargai alam ciptaan Tuhan.
Atau bahasa kerennya adalah "Justice, Peace, Integrity of Creation (JIPC). Masyarakat Haumeni tidak pernah belajar tentang cara menghargai alam dari buku atau teori mana pun. Apalagi berfilsafat. Melainkan tradisi lisan yang sudah mengakar kuat dalam setiap pribadi.
Kearifan lokal ini perlu dan harus ditulis, agar tidak ikut tergerus oleh kontaminasi budaya-budaya asing yang sudah sangat memprihatinkan generasi milenial dan alpa Haumeni. Terutama dalam melestarikan tradisi leluhurnya.
Filosofi kosmologis inilah yang mencerminkan pengakuan tertinggi masyarakat Haumeni kepada alam ciptaan. Sekiranya melalui potretan yang sederhana ini, bisa memberikan secuil harapan bagi pembaca untuk mengabadikan kearifan-kearifan lokal ada di setiap daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H