Parno menyesali kisah perselingkuhannya di depan makam istri tercinta. Parno menangis histeris, ia mengutuki diri atas perbuatannya sejak dua tahun lalu.
"Diam kau penghianat! Teriak anak perempuannya.
"Parno terkejut, karena anak perempuannya, kini berubah dan tak mengakuinya sebagai orangtuanya."
"Dengan intonasi suara yang pelan, Parno menghampiri anak perempuan satu-satunya, Nak, kenapa kamu bicara seperti itu pada ayah?"
"Aku tak sudi punya ayah seperti kamu! Pergiiiiiiiii...............Pergiiiiiiiii............. Dari sini! Bentak Fina kepada ayahnya.
Parno terdiam sesaat, lalu ia menghapus air mata penyesalannya di depan makam istrinya.
"Nak Fina, bila kamu tak mengakui ayah sebagai orangtuamu, tak apa-apa. Tapi, ayah sangat mencintai kamu dan ibu."
"Makan itu cinta. Mubazir. Lalu, kenapa ayah menyelingkuhi ibu dan meninggalkan kami?
"Ayah khilaf waktu itu. Ayah menyesal, karena telah meninggalkan kalian, tatkala ibumu sedang sakit."
Fina terus menangis di depan makam ibunya. Sementara Parno berusaha untuk membujuk Fina untuk menerima dirinya sebagai ayah kandungnya. Tapi, Fina tak peduli. Karena ia masih sakit hati dengan ayahnya.