Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perdebatan Sengit di Hari Pernikahan Winda

17 Maret 2021   06:50 Diperbarui: 17 Maret 2021   09:52 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan Winda dan lelaki pilihan orangtuanya. Foto dari Pixabay.

"Kira-kira apa yang bisa dilakukan oleh Mas, tatkala menghadiri acara pernikahan mantan pacar?"
Catatan mantan pacar. Bukan deretan barisan para pencuci uang rakyat yang hidupnya belepotan dengan norma dan hukum yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat.

"Yang bisa saya lakukan adalah membawakan bunga dan mengucapkan selamat menempuh kehidupan yang baru."
"Jawaban yang sederhana, tapi aku tak puas dengan jawabannya. Karena terkesan jawaban klise. Yang aku butuhkan adalah solusi, bukan jawaban ala kadarnya! Celotehku dalam hati.
"Apakah mas pernah mengalami hal serupa?"
"Belum pernah mas."

Ya, ampun bang jago. Kayaknya aku salah bertanya. Lalu aku memutuskan untuk terus memendam perasaan dilematis dalam diriku.

Malam menjemput bintang, aku melanjutkan perjalanan menuju kota Blitar. Perjalanan yang meliuk-liuk diantara indahnya kelap-kelip kota Malang.

Bunyi rel kereta api adalah irama yang menemani perasaan dilematis dalam diriku. Tetiba di Stasiun kota Kediri, aku berjibaku dengan rasa kantuk dan rindu yang sudha lama ditahan oleh kisah cinta terlarang dari orangtua Winda.

Acara pernikahan Winda dan lelaki pilihan orangtuanya dilangsungkan di Hotel Patria Plaza. Jl. Kartini, No.10, Kepanjenkidul, Blitar, Jawa Timur.

Jika seandainya waktu itu, aku sudah mengenal Mbak Anis Hidayati, pasti aku ingin mengajaknya, sebagai tetua yang mengerti kisah cinta anak muda. Tapi, sayangnya, aku terlambat mengenal sosok inspiratif di Kompasiana.

Setiap tarikan nafas selalu berirama ketakutan. Aku takut, bila orangtua Winda mengusir aku dari acara pernikahan Winda.

Malam itu suasana cukup ramai. Maklum acara kondangan yang melibatkan sanak keluarga dan kenalan dari keluarga Winda dna lelaki pilihan orangtuanya.

Dari kejauhan aku menatap tajam Winda, sembari menahan rasa rindu dan kecemburuan yang semakin mengundang kemarahan. Tapi, aku hanya memandang Winda duduk bersanding dengan lelaki pilihan orangtuanya.

Winda yang aku kenal, terlihat murung dan tak menikmati acara pertunangan pada malam itu. Karena pernikahan yang tidak dilandaskan pada cinta. Melainkan pernikahan yang dimotori oleh ambisi keluarga dalam urusan bisnis keluarga.
"Sampeyan saking nang ndi?" Tanya lelaki paruh baya yang sangat mengagetkanku
"Kula saking Timor." Jawabku.
"Lah, kamu ke sini ngapain?"
"Aku ke sini untuk menepati undangan pernikahan dari Winda."
"Oh, temannya Winda, ya."
"Betul Pak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun