Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Usa Pena Masyarakat Dawan Haumeni

13 Maret 2021   17:00 Diperbarui: 13 Maret 2021   18:53 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haumeni – Sabtu, 13/3/2021, Manusia hidup dari alam dan akan kembali kepada alam. Alam yang indah tidak mungkin hadir dengan sendirinya. Melainkan ada kekuatan maha besar yang berada di balik kemegahan alam. Tradisi Usa Pena sebagai pintu awal untuk menikmati hasil panen masyarakat.

Hari ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi suku Timor Dawan, khususnya di desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Masyarakat Haumeni setiap tahun akan melakoni salah satu tradisi kearifan lokal yang sudah ada dari zaman nenek moyang hingga hari ini, yakni tradisi usa pena. Tradisi usa pena sebagai pintu awal untuk menikmati aneka jenis makanan baru dari hasil tanaman yang sudah dirawat, dijaga dan dibersihkan dari hama rumput, belalang dari bulan Januari.

Tradisi usa pena akan dilangsungkan di setiap rumah adat. Rumah adat sebagai lambang kekuasaan tertinggi dalam tradisi adat masyarakat Haumeni. Karena dari adat segala urusan akan dilancarkan.

Hal pertama yang harus dilakukan oleh masyarakat Adat Haumeni adalah menentukan hari yang tepat untuk mengadakan ritual di setiap rumah Adat. Di sini hadir diskusi antara tua Adat dan sanak keluarga. Baik yang tinggal di desa Haumeni, maupun yang berada di desa tetangga dan juga kota.

Setelah menentukan hari, selanjutnya disediakan hewan korban. Umumnya dalam tradisi Usa Pena, hewan yang biasanya dikorbankan adalah ayam,babi dan kambing.  Ketiga jenis hewan ini adalah dianggap sebagai mediun atau sarana perekat antara manusia, alam dan para leluhur.

Pena Feu (Jagung muda) dibawa oleh setiap keluarga dan dipersembahkan di rumah Adat. Tua Adat akan mengajak beberapa orang yang dianggap layak atau dituakan untuk menemani tua Adat dalam Tradisi Natoen (Percakapan antara tua Adat dan penguasa alam) dalam hal ini diwakili oleh para leluhur. Penulis beberapa kali menyaksikan tua Adat dalam percakapan di depan benda – benda yang dikeramatkan seperti keris, batu, pohon, sumber air suci (Oe Le’u) dan tiang yang memiliki 3 cabang.

Tentunya penulis tidak bisa mengupas filosofi dari sekian banyak benda-benda yang dikeramatkan oleh para leluhur. Tapi, penulis hanya fokus pada ketiga cabang yang berada di depan rumah adat.

Ketiga cabang yang biasanya berdiri kokoh di depan setiap rumah Adat melambangkan kerjasama antara ‘Meob (Penjaga), Abitan Mis Okan (Leluhur) dan Usi Neno (Tuhan).

Penjaga berada di sisi kanan, leluhur di sisi kiri dan Tuhan berada di tengah sebagai kekuasaan absolut dari semesta.

Merujuk pada pandangan Filsuf Baruch De Spinoza,Alam memiliki satu substansi yang sama dan satu yakni Tuhan.”

Masyarakat Haumeni tentunya tidak pandai berfilsafat. Tapi, tradisi ini sudah ada sebelum penyebaran agama Katolik masuk di kampung Haumeni yang di bawa oleh bangsa Portugal. Para Imam atau Misionaris yang berasal dari bangsa Portugal melihat kekayaan ini dan mengintegrasikan ke dalam kepercayaan Kristiani.

Semangat integrasi tradisi ke dalam kepercayaan Kristiani membawa penghormatan yang tertinggi kepada alam. Alam yang menghadirkan segala sesuatu. Alam pun yang berhak untuk memberikan segalanya bagi manusia. Termasuk kemujuran, bencana dll. Ini tergantung dari cara masyarakat berelasi dengan alam. Berelasi yang tepat sebelum menikmati hasil panen di kebun adalah mengadakan Tradisi Usa Pena.

Tradisi ini sebagai bagian terkecil dari mutiara-mutiara yang masih terpendam di bumi Haumeni. Momen yang sakral ini dimanfaatkan untuk saling menguatkan, mendukung dan sebagai ajang temu keluarga yang sudah lama berpisah.

Salah satu tradisi yang tidak boleh dilewatkan di sini adalah makan sirih pinang (Puah Manus) serta minuman beralkohol (Sopi). Sekadar catatan bahwa di NTT, miras sudah dilegalkan oleh Pemprov. Jadi, acara Usa Pena tidak akan menarik, bila air kata-kata ini tidak disuguhkan.

Tradisi Usa Pena hadir dan secara tak langsung mencabut semua larang untuk kembali menikmati semua jenis hasil panen yang ada di kebun. Mengingat, sebelum tradisi ini dilangsungkan, orang dewasa tidak boleh makan jagung muda dan segala jenis hasil tanaman yang ada di kebun, kecuali anak-anak boleh makan sepuasnya.

Ibu-ibu membersihkan jagung muda. Sona Baaf (Lake). Dokpri
Ibu-ibu membersihkan jagung muda. Sona Baaf (Lake). Dokpri

Tradisi Usa Pena membawa berkat dan kecerian bagi masyarak dawan Haumeni. Hari ini dan ke depan, mereka bebas menikmati segala hasil tanaman yang ada di kebun. Selamat menikmati hasil panen sanak keluarga yang ada di kampung halaman tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun