Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pembaca Ingin Dimengerti

11 Maret 2021   00:35 Diperbarui: 11 Maret 2021   00:41 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembaca adalah pelanggan yang ingin dimengerti bukan dihakimi.

Menulis artikel yang berat adalah kesalahan terbesar saya selama ini. Karena pembaca lebih tertarik dengan kisah politik, humor, hiburan dan hal-hal yang sangat menyenangkan. Ya, namanya media online, pembacanya juga akan mencari hal yang menarik dan menyejukan hati.

Saya tipikal pengulik aksara yang kerap kali menggurui. Dan itu adalah kesalahan terbesar saya sejak berkencan dengan dunia kepenulisan. Tapi, saya bersyukur, bahwasannya di usia muda saya sudah menyadari masalah yang pelik itu.

Ya, pembaca adalah orang yang ingin dimengerti secara luar dan dalam. Hayo ngaku, jangan berprasangka buruk ya. Karena arti luar dan dalam penulis adalah kemauan dari pembaca. Mereka ingin sesuatu yang berbeda dari keseharian yang sangat kaku dan monoton dengan berita dan ceramah-ceramah dari tokoh-tokoh humanisme di dalam ruang kuliah, rumah ibadah dll.

Menulis dengan topik yang berat adalah sah-sah saja. Asalkan dikemas dengan bahasa yang luwes dan nyaman untuk disantap oleh penikmat aksara. Saya menyadari bahwasannya setiap dari kita memiliki ciri khas dalam mengulik aksara. Dan itu adalah kekayaan terbesar kita di rumah Kompasiana.

Menulis adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Saya adalah sosok penulis yang tidak terpaku dengan satu tema. Ya, karena saya tidak punya spesialisasi dengan satu topik. Makanya, saya selalu memilih menulis sesuai apa yang terlintas di dalam benak pikiranku.

Terkadang saya menyesali tulisan saya yang terlalu memaksa. Akibatnya tak ada rasa atau roh dalam tulisan. Rasanya tulisan saya hambar dan benar-benar tak mewakili keadaan atau keinginan pembaca. Tulisan saya menguras emosi dan pikiran, tapi tak memiliki nilai bagi pembaca. Aih dunia memang tak bisa dimengerti. Layaknya perempuan yang sulit untuk dipahami.

Menulis adalah bagian dari mengolah imajinasi, logika dan paradigma serta analisa mengenai objek atau sesuatu yang ada dihadapan kita. Anehnya, setiap penulis bisa masuk dan menginterpretasikan benda-benda mati menjadi benda hidup. Tak percaya! Coba lihat tulisan kita. Pasti ada benda-benda mati yang kita sulap menjadi paduan kata yang terdengar indah, syahdu dan seolah-olah mereka mewakili kehadiaran kita.

Menulis dan membaca memang butuh investasi waktu, emosi dan pikiran yang sangat panjang dan akan berjalan sejauh usia kita di bumi. Saya sampai terluntah-luntah memikirkan teknik-teknik yang diajarkan oleh para mentor dan siapapun yang berkecimpung di dunia literasi. 

Saya bukan pesimis tentang teknik menulis yang baik, tapi siapapun pasti memiliki kelebihan dalam mengulik aksara. Ilmu yang diajarkan oleh para mentor itu hanya sebatas pemantik kreativitas kita. Selebihnya, kita yang mengetahui teknik menulis yang baik dan benar.

Barangkali artikel receh ini tak dilirik oleh pembaca. Karena terdengar mubazir dan mengada-ada. Ya, itu kan hak kamu. Tugas saya hanya menulis dan akan terus menulis. Karena menulis tidak tentang bagaimana saya dikuasai oleh pembaca. Tapi, saya menulis sebagai terapi jiwa, curhat, sharing akan segala peristiwa kehidupan yang terkadang sulit untuk saya pahami. Menulis adalah bagian dari kemerdekaan apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun