Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Terlarang di Kota Tulungagung

9 Maret 2021   20:12 Diperbarui: 28 Juni 2022   14:56 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta terlarang di kota Tulungagung. Foto dari Pixabay.

Sambungan dari Goresan Asmara di Kota Tulungagung

Tatkala cinta aku dan Winda terhalangi oleh tembok humanisme agama, seenggaknya kami berselancar dengan "backstreet" alias hubungan terlarang.

Langit kota Tulungagung masih sepi dan seakan-akan terbelah menjadi dua. Hubungan terlarang aku dan winda senada hubungan dalam tatanan kasta. Hubungan tersulit bagi seorang pria/wanita Sudra untuk memadu asmara dengan tambatan hatinya yang berasal dari kasta Brahmana.

Tapi aku tak peduli! Karena aku dan Winda setiap jam pasti mengabarin melalui via pesan WhastApp. Bahkan tempat kerjaanku berdampingan pula. Jadi, aku bebas masuk area Toko Roti tempat Winda bekerja.

Winda memiliki seorang sahabat, sebut saja namanya Anita. Anita adalah gebetan pertama aku. Tapi, dari gelagaknya yang sok tomboy, akhirnya aku mengurungkan niatku untuk mendekatinya.

Setiap kali aku lewat depan Toko Roti, pasti mereka berdehem-dehem. Sembari gelabakan melayani para pembeli. Cieeee sok terkenal hanya dalam sesaat.

Kisah cinta terlarang antara aku dan Winda membawa kemarahan yang amat besar bagi Ibunya. Ibunya Winda terpaksa membohongi kami. Kebohongan terbesar seorang ibu untuk menyelamatkan anaknya dari seorang lelaki yang berbeda keyakinan.

Apakah cinta itu mengenal tembok pembatas? Apalagi menyoal kehidupan privat setiap orang kepada Sang Pencipta? Ah, sudahlah! Aku terpaksa tersenyum kepada semua orang. Walaupun pancaran mataku tak bisa membohongi semesta.

Ya, aku juga memahami kecemasan ibunya Winda. Karena seorang ibu, apalagi dalam lingkungan mayoritas tidak bisa berdaya, tatkala dihakimi karena telah memberi restu bagi anaknya untuk menjalin asmara dengan lelaki yang berbeda dari mereka.

Aku juga merasakan kesedihan yang terpancar dari sinar mata Winda. Ia sangat terluka dengan sikap ibunya. Tapi, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Disposisi batin aku, Winda dan keluarganya menyatu dalam perpisahan yang amat menyakitkan.

Winda terpaksa berhenti bekerja dari Toko Roti itu. Aku menjalani hari-hari, bagaikan sang Musafir yang tak tahu tujuan pengembaraannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun