Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Bahagia Cinta Pertama Para Lelaki

8 Maret 2021   10:23 Diperbarui: 8 Maret 2021   10:34 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta seorang ibu kepada anaknya tiada batasnya. Foto dari Pixabay.

Cinta adalah anugerah terbesar dalam kehidupan manusia.

Manusia mencintai dan dicintai. Mencintai berarti kita memiliki perasaan kepada orang lain. Sedangkan dicintai berarti kita merasakan kasih dan perhatian dari seseorang.

Mencintai dan dicintai ibarat tubuh dan jiwa yang tidak bisa terpisah dari kehidupan kita. Korelasi antara mencintai dan dicintai sudah kita rasakan semenjak di dalam kandungan wanita terhebat dalam kehidupan kita.

Ibu adalah sosok pemilik cinta universal. Dalam kondisi apapun, ibu tetap mencintai kita. Tiada seorangpun di dunia ini yang hidup tanpa seorang ibu. Sekalipun ia mengaku sebagai anak yatim piatu.

Ibu mencintai kita apa adanya. Sebaliknya, kita mencintai ibu apa adanya. Lelaki mengawali sentuhan cinta dari ibunya. Sosok ibu adalah cinta pertama para lelaki.

Peran ibu sebagai cinta pertama para lelaki memang tidak mudah. Sebab, terkadang cinta seorang ibu dipermainkan oleh lelaki. Akibatnya, ibu mengalami teror fisik dan emosional.

Teror fisik dan emosional adalah kondisi psikologis yang dialami oleh setiap ibu dari zaman lampau hingga kini. Di mana, anak-anak lelaki suka menguras emosi ibunya. Ya, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bahasa simbolis dalam keseharian. Selain itu, tingkah laku kita sukar diatur oleh ibu, dsb. Termasuk saya pernah jatuh dalam kubangan hitam itu. Akibatnya, ibu mengalami kecapaian fisik.

Mencintai dan dicintai adalah dua entitas yang selalu dielaborasikan dalam kisah keseharian kita. Tatkala mencintai dan dicintai tercerabut dari akarnya, dalam hal ini cinta kita kepada ibu. Kita akan berubah seperti monster yang selalu haus untuk menyakiti orang lain.

Coba lihat berita-berita yang selalu ter-update di media online apapun, pasti kita menemukan kekerasan terhadap perempuan. Bukti dari tercerabutnya mencintai dan dicintai dari akarnya. Atau lebih dekatnya, mari kita melihat kekerasan terhadap perempuan di dunia pekerjaan saat ini.

Sebagai contoh nyata, beberapa bulan yang lalu, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini sebagai korban dari tercerabutnya mencintai dan dicintai dari akarnya lelaki. Lelaki terus mendrimininasikan kiprah perempan di dunia kerja.

Nah, sebagai langkah untuk menyelaraskan kembali profesi tanpa adanya diskriminasi dalam dunia kerja antara perempuan dan laki-laki, cara ini patuh dicoba.
* Mencintai dan dicintai adalah cara efektif untuk tetap menjaga keharmonisan dalam kehidupan
* Ibu adalah akar dari cinta pertama para lelaki
* Setiap orang berhak untuk bahagia

Terakhir, saya meminjam ungkapan Miss Merry Riana yang disampaikan tadi pagi melalui pesan WA Merry Riana Grup (MRG) yakni,"Wanita sejati tidak dinilai dari profesinya, tapi bagaimana dia bisa menjadi versi terbaik dari dirinya." -- Merry Riana.

Selamat merayakan Hari Perempuan Internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun