Ketika saya mengamati judul tulisan saya, ada tiga hal yang terkandung di dalamnya, yakni "Gestalt, Menulis, dan Politiik." Nah, serupa teori "gestalt" sobat.
Di mana, teori "gestalt" merupakan satu-kesatuan yang memiliki kaitan sensasi dalam keseharian kita.
Nah, daripada anda tak percaya, yuk kita intip saja Wikipedia. "Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan." (Sumber; id.wikipedia.org).
Bagi saya menulis artikel politik sama saja kita mencari sensasi. Tentu sensasi yang bernada positif ya. Karena Sokrates mengajarkan bahwa, "tugas seorang filsuf sebagai pengganggu."
Saya mengamati kejadian setiap hari di ruang publik sebagai sesuatu yang perlu diganggu. Artinya, peran kita sebagai kuli tinta harus mengganggu para pemimpin. Ya, menggangu dalam kaca mata positif.
Di mana tulisan kita adalah bagian dari "insight" bagi pemerintah untuk berani berpikir, ketika melihat situasi bangsa dan negara sudah mulai mengarah ke sesuatu yang tidak diinginkan.
Nah, dengan menulis artikel politik, kita berperan sebagai filsuf  pengganggu. Karena ide-ide kita memiliki satu kesatuan dalam memberikan solusi bagi siapa saja yang berkecimpung di ruang publik.
Kendati tulisan kita sederhana, tapi menjadi pengganggu bagi mereka yang secara tak langsung membaca opini, ide yang kita kemas dalam artikel politik.
Menulis adalah bagian dari sensasi positif dalam meninggalkan jejak aksara di tanah air tercinta.
Tengok saja ribuan artikel politik yang bertebaran di media sosial mana pun, pasti isi dan tujuannya mengumbar sensasi politisi.
Saya salut dengan profesi kuli tinta yang berani mengedepankan narasi-narasi yang menohok bagi politisi. Mengingat para politisi kerap tak selaras dengan teori "gestalt." Gestalt berarti "Tupoksi" tugas pokok dan fungsi lembaga pemerintahan yang tak sejalan, seirama dengan visi dan misi kehidupan bersama.
Nah, di situlah kuli tinta bersensasi sebagai penganggu. Tujuannya untuk menyelaraskan rasa persaudaraan, keadailan, dan arti persahabatn di dalam ruang publik.
Terakhir saya meminjam ajaran dari petinju Manny Pacquiao yang mengatakan bahwa,"semua orang adalah sahabat. Karena mereka semua penting. Keberhasilan saya saaat ini adalah bagian dari mereka yang selalu mendukung saya. Jadi, semua orang itu penting di mata saya."
Sobat, menulis artikel politik itu adalah bagian dari tugas dan tanggung jawab kita sebagai warga Indonesia yang bebas menyuarakan pendapatnya di ruang publik. Inilah arti dari satu-kesatuan teori "gestalt yang menyatu dalam sensasi menulis artikel politik."
Terima kasih teori "gestalt." Karena saya sudah berani menulis artikel politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H