Jomblo bukan berarti enggak laku. Tapi ada tujuan yang jauh lebih penting, yakni meramu mantra aksara dalam diksi-diksi kerinduan di tengah pandemi.
Pandemi yang kian tak menentu, kapan berakhir! Menjadi pemantik bagi generasi jomblo untuk berkarya. Tengok saja produktivitas Bung Ozy yang selalu menggetarkan panggung Kompasiana dengan animasi serta ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi dunia pendidikan di tengah Pandemi Covid-19.
Tak ketinggalan pula, ribuan generasi jomblo yang selalu memberikan warna tersendiri di panggung Kompasiana. Minat untuk mengulik aksara mulai berkembang di tengah Pandemi.
Tren generasi jomblo untuk memberikan andil bagi dunia pendidikan Indonesia semakin terasa dengan munculnya karya-karya fenomenal. Generasi jomblo Kompasiana tak sehebat penulis-penulis Top yang selalu menghiasi jantung Kompasiana. Jika saya menyebutkan satu persatu tak mungkin. Karena saking banyaknya gudang inspirasi penulis Top yang selalu mendorong generasi jomblo untuk terus berkarya di rumah Kompasiana.
Nah, bolehlah kita mereview karya generasi jomblo Kompasiana pada episode aksara ini. Sosok generasi jomblo ini adalah saya sendiri. Ya, ampun bang jago. Ngapain muter-muter? Langsung saja pada intinya! Okelah, saya ingin mengulik gambaran umum dari novel "SUPEREGO."
Novel "SUPEREGO" mengisahkan bagaimana Sintia sebagai tokoh utama -- Menyikapi teror fisik,emosional, dan finansial dari orang-orang terdekatnya.
Sintia mewakili masalah psikologis ribuan orang yang sampai saat ini masih terbelenggu dengan superego orangtuanya. Diantara kelahiran dan kematian, ada pilihan untuk bertahan dengan luka batin ataukah melepaskan luka batin.Â
Kawan, apakah kamu pernah merasakan penghianatan dari pacar kamu? Jika pernah, bagaimana disposisi batin kamu? Lalu, Apa reaksi kamu setelah mengetahui rahasia dibalik pembunuhan orangtua kamu?
Kendati kita sudah hidup di abad 21, tapi tradisi superego dalam memilih pasangan hidup masih kental dalam kebudayaan kita.
Meminjam ajaran Thomas Hobbes," manusia adalah makhluk yang ingin menguasai dan membasmi sesamanya."
Itulah gambaran umum dari novel "SUPEREGO."
Sobat "Human Interest" atau nilai-nilai kemanusiaan dalam dunia Jurnalistik, lebih tinggi daripada kepentingan bisnis apapun.
Jomblo bukanlah pribadi yang tak mau mengurusi masalah percintaan. Tapi ada prioritas yang lebih penting daripada masa pacaran. Daripada sakit hati karena menjaga jodoh orang lain, mendingan fokus berkarya untuk literasi Indonesia.
Kawan lebih baik menjadi jomblo yang elegan, daripada mengumbar perasaan galau di media sosial. Seolah-olah kamu sendiri yang punya masalah. Lalu orang lain tidak memiliki masalah.
Ya, sekiranya potretan ini memberikan semangat bagi rekan-rekan jomblo yang berada di Kompasiana untuk terus berkarya lintas generasi
Salam literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H