Setiap penulis (Kompasianer) setelah mengupload artikel selalu memantau trafik pembaca. Sembari merasa cemas, jangan-jangan artikel kita tak diberi label pilihan oleh Admin
Saya pun merasakan hal demikian. Ketika artikel saya diberi label pilihan oleh Admin, rasanya senang, dan termotivasi untuk terus menulis. Tapi, lain cerita, bila artikel saya tak diintip oleh Admin. Tentu saya akan merasa cemas.
Bukankah begitu sobat? Untuk yang Kompasiner yang masih centang hijau, kita harus banyak bersabar. Karena kadar tulisan kita belum lama di Kompasiana. Selain itu juga, kita harus terus mengasah diksi-diksi aksara setiap hari. Tujuannya adalah artikel kita bisa bersaing dengan Kompasianer yang centang biru.
Kompasianer yang sudah centang Biru juga pernah berada di posisi kita. So, kita harus belajar banyak dari mereka.
Rasa ingin tahu adalah fondasi bagi kita untuk terus mengulik iram-irama aksara di mana pun. Karena kita semua adalah manusia pembelajar yang tidak mengenal usia dan waktu.
Sobat, sebagai kuli tinta di Kompasiana, banjir pembaca dan diberi label pilihan oleh Admin adalah kado terindah. Wajar, kita sebagai manusia lemah, butuh pujian. Munafik bila kita tak membutuhkan hal itu!
Jika anda tak butuh pujian di atas, cobalah uji kadar ketabahan anda sebagai kuli tinta di Pep News. Lihatlah trafik tulisan anda dalam seminggu dibaca oleh berapa orang? Jika mengalami hal itu, pasti kita bertanya, kenapa tulisan saya minim pembaca? Atau kadar tulisan saya tidak menarik? Blaa....blaaaaaaa.....blaaaaaa
Jika tak percaya, cobalah bertanya ke penulis senior Pep News, Opa Tjiptadinata Effendi. Eits, jangan berpikir yang bukan-bukan ya! Bertanya di sini adalah, apakah benar trafik pembaca di Pep News tak seperti di Kompasiana? Nah, itulah maksud saya, sobat.
Ternyata dunia serasa sempit ya, di mana pun pasti kita bertemu penulis kharismatik Opa Tjiptadinata Effendi. Memang, beliau adalah sosok penulis yang sangat sederhana dan mau berbagi dengan siapa pun.
Hal menarik di Pep News adalah kita banyak belajar ilmu dari penulis-penulis Top dan disiplin ilmu mana pun. Ulikan aksara yang dihasilkan oleh mereka sangat renyah dan nikmat untuk terus berkencan dengan ide brilian mereka.
Tentu menulis adalah bagian dari panggilan jiwa. Tapi, lebih jauhnya, artikel atau tulisan kita bisa dibaca dan syukur bermanfaat bagi orang lain. Itulah kebanggaan kita sebagai kuli tinta.
Saya tidak tahu perasaan sesama Kompasianer yang lain, apakah mereka juga merasakan hal yang sama?
So, terus berkarya. Karena setiap tulisan sudah pasti akan menemukan jodohnya. Intinya, kita sebagai Kompasianer centang hijau jangan merasa minder untuk terus memberikan karya-karya terbaik di rumah inspirasi Kompasiana.
Salam literasi dan selamat Hari Minggu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H