Kita tak pernah memilih untuk jatuh cinta dengan siapa pun. Termasuk latar belakang pasangan
Namun dibalik gelora asmara yang tersembul dari dalam hati kita, ada luka dan derita yang masih tersimpan rapi dalam kalbu kita. Ke manakah kita harus berceloteh? Entah, sebab aku juga masih menyimpan goresan-goresan asmara di kota Tulungagung.
Winda adalah seorang gadis yang bekerja di toko roti, berdampingan dengan tempat aku bekerja. Aku bekerja di Cafe & Pizza. Tepatnya di perempatan 555 kota Tulungagung.
Kadar tepung dan komposisi daging sapi, serta bahan-bahan pendukung Pizza masih segar di depan mataku. Aku tidak bisa menahan lagi gelora asmara. Gelora cinta yang bergejolak di dalam dada terus mengarahkan aku untuk segera memanggil nama Winda.
Waktu berlalu secepat kilat petir, aku pun semakin khawatir. karena Winda belum keluar dari tirai besi toko roti itu.
Namun, kecemasanku tidaklah bertahan lama. Karena pintu toko segera dibuka. Aku sudah tahu, bahwa itu adalah winda. Tepat seperti apa yang aku pikirkan. Winda segera keluar. Hatiku semakin membara. Aku hampir melonjak kegirangan. Karena pujaanku menepati janjinya untuk jogging bersama di Alon-Alon kota Tulungagung.
"Astaga si nenek tua ini juga ikut-ikutan, ah! Celotehku. Karena winda membawa serta sang majikan untuk jogging bersama. Â Makin runyam dunia, bila cinta kawula muda diganggu oleh kehadiran orang lain.
Kegembiraan yang aku rasakan, dengan seketika sirna terbawa angin nan segar kota Tulungagung pada pagi hari. Karena aku berpikir bahwa, pagi itu aku harus jogging berdua saja. Ya, karena semalam kami sudah menyepakati perjanjian via pesan WhatsApp. Bukan perjanjian yang dilandaskan pada hukum industri, ya.
"Sugeng enjing Mbak." Pura-pura menyapa bosnya Winda. Padahal hati sudah dongkol!
Jawabnya, Sugeng Enjing nak." Sampeyan saking nang ndi?
Ow, kula saking Timor mbak. Piye kabare?
"Sae-sae mawon, nak."
"Enggehhh."
Setelah percakapan singkat antara aku dan bossnya winda. Kami pun mulai jogging bersama. Oh ternyata, si nenek tua itu lebih peka, daripada dugaan aku. Lalu, ia mengatakan kepada winda bahwa, " Winda aku duluan ya."
"Jawab winda, ohh Ngeechh."