Pemimpin yang menggunakan jalan demagogi untuk mencari sensasi di ruang publik itu mengadopsi atau mengikuti gaya kepemimpianan kaum Sofis bangsa Yunani Kuno. Di mana kaum Sofis menjual pengetahuan demi mencari keuntungan sendiri.
Ibu Risma adalah korban pencitraan dari para penyembah "Demagogi." So, jangan berkamuflasi di dalam ruang publik. Karena rakyat lebih tahu, pemimpin mana yang memimpin secara tulus. Dan mana pemimpin yang selalu menebar pesona di depan layar Televisi dan Media hanya untuk menutupi ketakutannya.
Dominasi Politisi Pria
Memang masa kepemimpinan Mensos Risma berada pada situasi yang tak menguntungkan. Karena Virus Pandemi belum berakhir. Selain itu, Risma menahkodai Mensos diantara dominasi pemimpin pria. Jadi, sebaik apapun kinerja Risma akan terbentur dengan logika pria yang tak nyaman atau merasa tak mau dipimpin oleh seorang perempuan
Sadar enggak, budaya Patriarki bangsa kita masih sangat kuat di dalam setiap bidang kehidupan.
Tapi, saya salut dan bangga dengan gaya kepemimpinan Mensos Risma yang blusukan. Ia mengambil filosofi gaya kepemimpinan Paria untuk masuk dan merasakan apa yang sedang dialami oleh rakyat kecil yang kurang beruntung.
Gaya blusukan Mensos Risma itu sebagai riset untuk mengumpulkan informasi yang akurat di lapangan. Daripada manipulasi riset di lapangan, mendingan blusukan langsung untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Inilah gaya kepemimpinan Mensos Risma dari sudut pandang Paria.
Lalu, pertanyaannya, apakah Risma mampu menjawab harapan publik di tengah kritikan dalam membenahi Kementerian Sosial? Tentu saya akan menjawab bisa.
Alasan saya mengatakan bisa, karena ditilik dari kinerjanya selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, beliau mampu manajemen dan membangun kota Suarabay sebagai kota yang bersih, nyaman dan rapi. Terutama rakyat pun menikmati hasil kepemimpinannya selama di kota Surabaya, dalam aspek apapun. Karena saya pernah tinggal di Kota Surabaya juga.
Naluri kepemimpinan seorang ibu sangat berbeda dengan kepemimpinan seorang ayah. Seorang ibu tidak akan membiarkan anak-anaknya semakin terlantar di dalam kesehariannya. Terutama kelaparan anak-anaknya (masyarakat) marginal di bawah kolom jembatan, bantaran kali, dll.