Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kadar Mentalitas "Survival" Mahasiswa Lemah, Ketika Mengikuti Sistem Pembelajaran Online

18 Januari 2021   14:31 Diperbarui: 18 Januari 2021   14:50 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kadar mentalitas "survival"  Mahasiswa lemah, ketika belajar Online. Sumber; Foto oleh Vlada Karpovich dari Pexels.com;

Sadar enggak sadar, kadar mentalitas bertahan di tengah situasi atau "survival" mahasiswa sangat lemah. Apalagi berkaitan dengan materi online.

Materi mudah diakses, tapi belajar tanpa mentor susah-susah gampang sih. Tak salah mengubah mindset untuk belajar sendiri (otodidak). Tapi, bagaimana pun manusia adalah makhluk sosial yang merindukan orang lain.

Belajar secara konvensional (Offline) saling melengkapi, tatkala ada ruang diskusi. Di mana kita saling bertanya dan menjawab. Bila ada materi yang tidak dipahami. Jalan diskusi akan melahirkan solusi. Bukan berarti kita menolak kehadiran Teknologi, ya. Karena menolak Teknologi adalah jalan menuju keterasingan dari dunia.  

Ada 3 alasan yang menyebabkan mentalitas bertahan mahasiswa lemah atau loyo.

1. Mahasiswa Merindukan Interaksi Sosial


Jantung ilmu pengetahuan lahir dari interaksi sosial. Bila tak ada interaksi sosial, ilmu pengetahuan tak mungkin lahir dengan sendirinya.

Seolah-olah ilmu pengetahuan lahir tanpa adanya sebab-sebab yang lain. Jika kita bermain di ranah Filsafat Kosmologi. Terutama seputar "kausa prima."

Sementara bila dikaji dari teori psikologi tentang interaksi sosial, ada tiga tahapan kita berinteraksi, yakni interaksi berawal dari keluarga, Sekolah dan Lingkungan.

Kadar interaksi akan bertumbuh, seiring kita mengenal banyak orang. Karena kita hidup secara komunal (Komunitas) bukan secara Individual. Di lingkungan kerja saja, kita saling membutuhkan kolaborasi dengan sesama, apalagi dalam lingkungan Akademisi.

Selain itu, kerinduan mahasiswa untuk mengembangkan aspek 'Psikomotorik-nya". Psikomotorik atau istilah kami lulusan SMA adalah kesempatan untuk bertatap muka dengan teman-teman seangkatan (Reunian).

2. Kurang Afdal bila Hanya Mengakses Materi Lewat Online


Terlepas dari akses materi yang lebih mudah, tapi tak menutup kemungkinan bahwa ada kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa. Di mana, belajar tanpa mentor. Rasanya kurang afdal kan?

Selain itu, pembelajaran kurang efektif. Suasana belajar bersama di ruang kuliah lebih menyenangkan, daripada belajar sendiri di dalam kamar.

Karena godaan belajar online adalah adanya tendensi atau kecenderungan untuk menonton You Tobe, bermain media sosial, games dll.

3. Mahasiswa Merindukan Tambatan Hatinya


Siapa sih yang enggak mau bertemu dengan tambatan hatinya, setelah sekian lama berada di pengasingan? Konotasi "pengasingan" di sini adalah adanya jarak pemisah mahasiswa dengan pacarnya. Terutama sistem pembelajar Online (Digital). Ya, karena Virus Pandemi belum berakhir.

Pembelajaran konvensional (Offline) sangat menyenangkan, bila setiap hari bertemu dengan pujaan hati. Karena adrenalin untuk tampil menjadi yang terbaik dihadapan pujaan hati adalah yang terpenting. Dan jauh lebih penting adalah semangat belajar dan mencari ilmu pengetahuan.

Nah, tips di bawah boleh dicoba untuk melatih kadar mentalitas "survival"

1. Kita Yang Menentukan Masa Depan, Bukan Dosen!


Masa depan berada di dalam tangan kita. Apa pun yang akan terjadi dengan kita, itulah usaha dan perjuangan kita. Dosen hanya sebatas sahabat, mentor, rekan untuk mentransfer ilmu pengetahuan. Selebihnya kita sendiri yang harus pandai untuk mengembangkan apa yang kita dapatkan dari Dosen.

Bayangkan, kadar mentalitas sekarang tak dilatih untuk "survival" dalam situasi pembelajaran Online. Bagaimana kita akan berkembang di dalam lingkungan kerja, yang tantangannya jauh lebih berat, daripada pembelajaran online.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun